KONSEP DAN ORIENTASI BARU BK
A. BK Komprehensif
Program bimbingan dan konseling kompresif, Muro dan kottman 1995 mengemukakan bahwa stuktur program bk kompresif diklasifikasikan kedalam 4 jenis layanan
A. BK Komprehensif
Program bimbingan dan konseling kompresif, Muro dan kottman 1995 mengemukakan bahwa stuktur program bk kompresif diklasifikasikan kedalam 4 jenis layanan
1. Layanan
Dasar BK.
Layanan
dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui
kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistemastis
dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal.
Layanan
ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal,
memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka kepada para siswa (yang berusia remaja, SLTP dan
SLTA) disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, soasial,
belajar dan karir, yang kesemuanya terkait dengan pencapaian tugas-tugas
perkembangan itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Pengembangan
keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha es.
b) Pengembangan
kemandirian emosional.
c) Pengembangan
kemampuan individual (problem solving/decision making).
d) Pengembangan
sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan belajar yang
efektif.
e) Pengembangan
perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap altruis, sikap toleran dalam
susana kehidupan yang heterogin : multibudaya, etnis, ras, dan agama).
f) Pengembangan
upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau wanita.
g) Pengembangan
sikap penerimaan diri secara objektif dan pengembangannya secara cepat.
h) Pengembangan
sikap dan kemampuan untuk mencapai kemandirian ekonomi.
i)
Pengembangan sikap dan kemampuan dalam
mempersiapkan karir di masa depan.
j)
Pengembangan upaya pencapaian hubungan
baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria atau wanita.
k) Pengembangan
sikap posotif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
2. Layanan
Responsif.
Layanan
responsif merupakan “layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan
atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan dengan segera)
Layanan
ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada
saat ini atau pada siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugas pengembangannya.
Layanan
ini lebih bersifat “kuratif”. Strategi yang di gunakan adalah konseling
individual, konseling kelopok, konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah
bidang:
·
Pendidikan
·
Belajar
·
Sosial
·
Pribadi
·
Karier
·
Tata tertib di sekolah
·
Narkotika dan perjudian
·
Perilaku seksual
·
Kehidupan lainnya
3. Layanan
Perencanaan Individu.
Layanan
perencanaan individual dapat di artikan sebagai layanan bantuan kepada semua
siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan
perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu
idndividu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier
dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbunhan dan
perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan
rencana-rencananya itu sesuai dengan pemahamannya.
Dapat
juga dikemukakan bahwa layanan ini
bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar:
a) Memiliki
kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun
karier.
b) Dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya.
c) Dapat
melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang
telah dirumuskan secara proaktif.
Teknik
bimbingannya adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan perencanaan
individual adalah:
a) Bidang
pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program
keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik kepribadian
lainnya.
b) Bidang
karier dengan topik-topik mengidentifikasi kesempatan karier yang ada di
lungkuangan masyarakat, yang mengembangkan sifat yang positif terhadap dunia
kerja, dan merencanakan kehidupan kariernya.
c) Bidang
sosial pribadi dengan topik-topik mengembangkan konsep diri yang positif,
mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari
konflik dengan teman dan belajar memahami perasaan orang lain.
Adapun
kegiatan layananya sebagai berikut:
a) Siswa
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya yaitu yang menyangkut pencapaian
tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar atau
karier.
b) Merumuskan
tujuan, dan perencanaan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan
dirinya.
c) Melakukan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah di tetapkan.
d) Mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Dukungan
Sistem.
Ketiga
kompenen program diatas , merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara
langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kgiatan
manajemen yang secara tidak langsung memberi bantuan kepada siswa, atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.
Dengan
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi denagn guru,
staf ahli / penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program,
penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Dukungan
sistem ini meliputi dua aspek yaitu:
a) Pemberian
layanan, menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi :
·
konsultasi dengan guru.
·
menyelenggarakan program kerjasama
dengan orang tua atau masyarakat.
·
Berpartisipasi dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan sekolah.
·
Bekerjasama dengan personil sekolah
lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa.
b) Kegiatan
manajemen
Kegiatan manajemen ini
merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memilihara dan meningkatkan mutu
program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program,
pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya dan pengembangan penataan
kebijaksanaan.[1]
Menurut
penulis:
BK komprehensif
terdapat empat jenis layanan, yaitu layanan dasar BK, layanan responsif, perencanaan
individu dan dukungan sistem.
1. Layanan
Dasar BK.
Layanan dasar BK
merupakan layanan yang di berikan kepada semua peserta didik, dimana kegiatan
tersebut dapat dilakukan dalam kelas maupun luar kelas yang bertujuan untuk
membantu pengembangan siswa secara normal dan sesuai dengan dengan tahap
perkembangannya.
2. Layanan
Responsif.
Layanan responsif
merupakan layanan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah atau kepada siswa
yang membutuhkan bantuan segera dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang
sedang di alami siswa tersebut..
Strategi yang digunakan
dalam layanan ini adalah layanan konseling individual, layanan konseling
kelompok, mengalih tangan kasus kepada yang lebih ahli dan konsultasi kepada
orang tua.
3. Perencanaan
Individual.
Perencanaan individual
merupakan layanan yang diberikan keppada siswa agar siswa tersebut mampu
merumuskan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya
berdasarkan bakat dan minatnya serta kelebihan dan kekurangan pada diri siswa
sendiri.
4. Layanan
Dukungan Sistem
Dukungan sistem
merupakan layanan yang tidak langsung memberi bantuan kepada siswa.
KOMPONEN
PELAYANAN BK POLA 17 PLUS
A.
Perbedaan BK
Pola 17 dengan BK Pola 17 Plus
1. Pengertian BK Pola 17.
Adalah pemberian bantuan kepada
peserta didik melalui 7 layanan bimbingan konseling, 4 bidang pendukung, 6
bidang pengembangan.
2. Pengertian BK Pola 17 Plus.
Adalah pemberian bantuan kepada
peserta didik melalui, enam bidang bimbingan, sepuluh layanan, dan enam
kegiatan pendukung yang sesuai dengan norma yang berlaku.
B. Layanan Bimbingan dan Konseling
1.
Layanan Orientasi.
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasukinya. Layanan orientasi ditujukan kepada siswa baru dan untuk
pihak-pihak lain (terutama orangtua/wali siswa) guna memberikan pemahaman dan
penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah)
yang dimasukinya.
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah dipermudahnya
penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar dan
kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama layanan orientasi
ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Materi yang
dapat diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai macam, yaitu meliputi:
a)
Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki.
b)
Orientasi kelas baru dan semester baru.
c)
Orientasi kelas terakhir.
2. Layanan
Informasi.
Layanan informasi yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan)
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan peserta didik (klien).
Bertujuan untuk membekali
individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang
berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Fungsi utama layanan
informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Materi yang dapat diangkat melalui
layanan informasi ada berbagai macam, yaitu meliputi:
a) Informasi
pengembangan pribadi.
b) Informasi
kurikulum dan proses belajar mengajar.
c) Informasi
pendidikan tinggi.
d) Informasi
jabatan.
e) Informasi
kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, keberagaman, sosial-budaya, dan
lingkungan.
3. Layanan
Penempatan dan Penyaluran.
Layanan penempatan dan penyaluran
yaitu layanaan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan/program study, program latihan, magang, kegiatan co-extrakulikuler
sesuai dengan potensi bakat dan minat serta kondisi pribadi.
Berbagai hal yang
menyebabkan potensi, bakat, dan minat bila tidak disalurkan secara tepat dapat
mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal.
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan
pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan
pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan pendidikan
yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan
penempatan dan penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.
Materi yang dapat diangkat melalui
layanan penempatan dan penyaluran ada berbagai macam, yaitu:
a) Penempatan
di dalam kelas berdasar kondisi dan ciri pribadi dan hubungan sosial siswa
serta asas pemerataan.
b) Penempatan dan
penyaluran ke dalam kelompok belajar berdasarkan kemampuan dan kelompok
campuran.
c) Penempatan
dan penyaluran di dalam program yang lebih luas.[2]
4. Layanan
Penguasaan Konten.
Layanan penguasaan konten adalah layanan
konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
Tujuan layanan penguasaan konten ialah
dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu
atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan
sikap, menguasai cara diharapkan benar – benar aktif mengikuti dan menjalani
semua kegiatan yang ada dalam proses layanan. Asas kegiatan ini dilandasi oleh
asas kesukarelaan dan keterbukaan dari peserta layanan.
5. Layanan Konseling
Perorangan.
Layanan konseling perorangan yaitu
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan
Bimbingan Kelompok.
Layanan bimbingan kelompok yaitu
layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok dan memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) atau membahas secara
bersama-sama pokok bahasan atau topik tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pentimbangan dalam
pengambilan keputusan dan atau tindakan tertentu.
Materi layanan bimbingan kelompok
dapat dibahas berbagai hal yang amat beragam yang berguna bagi siswa. Materi
layanan bimbingan kelompok meliputi;
a) Pemahaman
dan pemantapan kehidupan beragama dan hidup sehat.
b) Pemahaman
dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk
perbedaan individu, sosial, budaya serta permasalahannya).
c) Pemahaman
tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat
serta pengendalian/pemecahannya.
d) Pengaturan
dan penggunaan waktu secara efektif untuk belajar, kegiatan sehari-hari, dan
waktu senggang.
e) Pemahaman
tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai
konsekuensinya.
f) Pengembangan
sikap kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar,
dan cara penanggulangannya.
g) Pengembangan
hubungan sosial yang efektif dan produktif.
h) Pemahaman
tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier serta perencanaan masa
depan.
i)
Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki
jurusan/program studi dan pendidikan lanjutan.
7. Layanan
Konseling Kelompok.
Layanan
konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang di alaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas
itu adalah masalah pribadi yang di alami masing-masing anggota kelompok.
Layanan
konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan
pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling
kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana
kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok
ialah fungsi pengentasan.[3]
8.
Layanan Konsultasi.
Layanan
konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor
(pembimbing) terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya
memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam
menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Dalam layanan konsultasi, ada
3 pihak yang tidak bisa di pisahkan yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga.
Secara
umum layanan konsultasi bertujuan agar klien atau siswa dengan kemampuannya
sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang di alami oleh pihak
ketiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan konsulti,
sehingga permasalahan yang di alami oleh pihak ketiga setidak-tidaknya
sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
Secara
lebih khusus, tujuan layanan konsultasi adalah agar konsultasi memiliki
kemampuan diri yang berupa; wawasan, pemahaman, dan cara-cara bertindak yang
terkait langsung dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga.
9.
Layanan Mediasi.
Menurut
Prayitno (2004) layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak
menemukan kecocokan. Layanan mediasi juga berarti layanan atau bantuan terhadap
dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.
Secara
umum, layanan mediasi bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan
kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan.
Secara khusus, layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi
awal yang negatif menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam hubungan
antara kedua belah pihak yang bermasalah.[4]
C. Bidang
Pengembangan
1.
Bidang Pengembangan
Pribadi.
Bimbingan
pribadi adalah jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah pribadi. Masalah atau problema individu yang
berhubungan dengan tuhannya seperti sulit untuk menghadirkan rasa takut
(takwa), rasa taat, dan rasa bahwa dia selalu mengawasi perbuatan setiap
individu. Akibat selanjutnya dari problema itu adalah timbul rasa malas dan
enggan melakukan ibadah ketidakmampuan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang di larang yang dimurkai oleh Allah SWT.
Bimbingan
pribadi juga bertujuan agar individu mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap
sendiri atau memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan batinnya
sendiri. Dengan perkataan lain agar individu mampu mengatur dirinya sendiri di
bidang kerohanian, perawatan jasmani, dan pengisian waktu luang.
2.
Bidang Pengembangan
Sosial.
Bimbingan
sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi memecahkan
masalah-maslah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik,
penyesuaian diri dan sebagainya.
Menurut
Djumhur dan Surya (tt) bimbingan sosial merupakan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan
wajar dalam lingkungan sosialnya. Tujuan utama layanan bimbingan sosial adalah
agar individu yang di bimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik
dengan lingkungan.
3.
Bidang Pengembangan Kegiatan
Belajar.
Bimbingan
belajar atau bimbingan akademik adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada
individu atau siswa dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih
program study yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan (Winkel,
1991). Berdasarkan pengertian di atas bimbingan belajar bisa bermakna suatu
bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar.
Tujuan
bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan
yang optimal; sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Siswa yang
perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan
atau kemampuan belajarnya.
4.
Bidang Pengembangan
Karier.
Menurut
Winkel, 1991 bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi)
tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dalam
menyesaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah
dimasuki. Berdasarkan pengertian di atas bimbingan karier bisa bermakna suatu
bantuan dari pembimbinga kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah karier.
5.
Bidang Pengembangan
Kehidupan Berkeluarga.
Bimbingan
kehidupan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh individu
atau pembimbing kepada individu lain atau siswa dalam menghadapi dan memecahkan
masalah kehidupan berkeluarga. Melalui bimbingan kehidupan sosial berkeluarga,
individu di bantu mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah yang berkenaan
dengan kehidupan berkeluarga.
Tujuan
bimbingan dan konseling pada bidang kehidupan berkeluarga adalah agar siswa
memperoleh pemahaman yang benar tentang kehidupan berkeluarga. Selain itu bertujuan agar para siswa mampu memecahkan
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan berkeluarga.
6.
Bidang Pengembangan
Kehidupan Beragama.
Bimbingan
pengembangan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada
terbimbing (siswa) agar mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Melalui layanan bimbingan dan
konseling, para siswa dibantu mencarikan alternatif bagi pemecahan
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama.
Tujuan
layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar siswa
memiliki pemahaman yang baik dna benar tentang ajaran agamanya. Dengan kata
lain dapat memecahkan berbagi problem yang berkaitan dengan kehidupan beragama
yang dihadapi individu baik di lingkungan, sekolah maupun di lingkungan
keluarga dan masyarakat. [5]
D. Bidang Pendukung
1.
Aplikasi Instrumentasi
Data.
Aplikasi
instrumentasi data bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data
dan keterangan tentang peserta didik (baik secara individual maupun kelompok),
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
Secara
umum, tujuan intrumentasi adalah supaya diperolehnya data tentang kondisi tentu
atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi
selanjutnya digunakan sebagi bahan pertimbangan untuk penyelenggaran bimbingan
dan konseling dengan data tersebut penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling khususnya disekolah dan madrasah akan lebih efektif dan efisien.
Secara
khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling terutama
fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan untuk memahami
kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi
diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami dan lain-lain.
2. Himpunan
Data.
Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan,
penggolongan-penggolonga, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Himpunan
data juga bermakna usaha-usaha untuk memperoleh data serta peserta didik
menganalisis dan menafsirkan serta menyimpannya.
Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk
memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam
tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman
diri sendiri. Secara lebih khusus, penyelenggaraan himpunan data terkait dengan
fungsi-fungsi tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling terutama fungsi
pemahaman.
3. Konferensi
Kasus.
Konferensi
kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor
guna mem bahas suatu permasalahan dan arah pemecahaanya. Konferensi kasus
direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang
terkait dengan kasus dan upaya pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait
diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik
dan tuntas.
Secara
umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan
akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah
tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.
Selain
itu tujuan konferensi kasus adalah untuk penembangan dan pemeliharaan
potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan yang di bahas dalam konferensi kasus (fungsi pengembangan dan
pemeliharaan).
4. Kunjungan
Rumah.
Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi
kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang
menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayana bimbingan dan
konseling (prayitno, 2004). Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa un tuk
kepentingan layanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui
wawancara dan angket.
Tujuan secara umu, kunjungan rumah bertujuan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat dan tentang siswa yang berkenaan
tentang masalah yang dihadapinya. Secara
khusus, tujuan kunjungan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan.
Misalnya dalam kaitan dengan fungsi pemahaman, kunjungan rumah bertujuan untuk
lebih memahami kondisi siswa, kondisi rumah, dan keluarga.
5. Alih
Tangan Kasus.
Alih
tangan kasus dapat dimaknai dengan upaya mengalihkan atau memindahkan tanggung
jawab memecahkan masalah atau kasus-kasus tertentu yang dialami siswa kepada
orang lain (petugas bimbingan lain) yang lebih mengetahui dan berwenang. Alih
tangan kasus sering juga disebut layanan rujukan.
Secara
umum, alih tangan kasus bertujuan untuk memperoleh layanan yang optimal dan
pemecahan masalah klien secara lebih tuntas. Secara lebih khusus, alih tangan
kasus bertujuan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Apabila merujuk
pada fungsi pengentasan, alih tangan kasus bertujuan untuk memperoleh pelayanan
yang lebih spesifik dan menuntaskan masalah siswa.[6]
Menurut
penulis:
Komponen
layanan BK pola 17 plus memiliki sepuluh layanan, enam bidang pengembangan dan
enam bidang pendukung.
A.
Sepuluh
Layanan Bimbingan dan Konseling.
1. Layanan
Orientasi.
Layanan orientasi
merupakan layanan yang diberikan kepada siswa sebagai pengenalan terhadap
lingkungan baru agar siswa dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
barunya, seperti: siswa lulusan SD/MIN akan memasuki sekolah tingkat SMP/MTsN,
dimana kita memperkenalkan dan memberi pemahaman terhadap siswa yang baru
memasuki sekolah tingkat SMP/MTsN agar
siswa dari lulusan SD/MIN dengan mudah menyesuaikan dirinya terhadap
lingkungan baru.
2. Layanan
Informasi.
Layanan informasi
merupakan layanan yang diberikan siswa untuk memberi pemahaman kepada peserta
didik dalam memahami berbagai informasi yang akan didapatkan, informasi
tersebut terkait dengan pengembangan pribadi, struktur kurikulum, perguruan
tinggi dan sebagainya.
3. Layanan
Penempatan dan Penyaluran.
Layanan penempatan dan
penyaluran merupakan menempatkan atau menyalurkan siswa yang berkenaan dengan
jurusan, kelompok belajar, pilihan karir, dan sebagainya sesuai dengan potensi,
bakat dan minatnya.
4. Layanan
Penguasaan Konten.
Layanan penguasaan
konten merupakan layanan untuk membantu siswa untuk menguasai konten tertentu
dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta materi
pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya.
5. Layanan
Konseling Individu.
Layanan
konseling individu merupakan layanan yang bertatap langsung dengan guru
pembimbing yang bertujuan mengentaskan permasalahan yang sedang di alami oleh
siswa.
6. Layanan
Bimbingan Kelompok.
Layanan bimbingan
kelompok merupakan layanan yang diberikan oleh guru pembimbing terhadap siswa,
dimana dalam layanan ini terdapat sejumlah siswa yang akan membahas secara
bersama-sama topik tertentu.
7. Layanan
Konseling Kelompok.
Layanan konseling
kelompok merupakan layanan membantu mengentaskan permasalahan siswa dalam
bentuk kelompok yang memiliki beberapa siswa (5-8 orang) dan layanan ini
bersifat rahasia.
8. Layanan
Konsultasi.
Layanan konsultasi
merupakan layanan yang dilakukan oleh guru pembimbing terhadap seorang
pelanggan (orang tua/wali siswa untuk memeroleh wawasan dan pemahaman yang
perlu dilaksanakan dalam menangani permasalahan pihak ketiga.
\
9. Layanan Mediasi.
Layanan
mediasi merupakan bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing terhadap dua
pihak atau lebih yang sedang bermasalah, guru pembimbing sebagai penengah
terhadap dua pihak tersebut, tujuan layanan ini untuk membangun hubungan
positif antara dua pihak yang bermasalah.
10. Layanan Advokasi.
Layanan
advokasi merupakan layanan memberikan hak-hak siswa kembali.
B.
Enam Bidang Pengembangan
1.
Bidang Pengembangan
Pribadi.
Pengembangan pribadi merupakan membantu siswa memecahkan
masalah-masalah pribadinya, tujuannya untuk mengubah pribadi siswa menjadi KES.
2.
Bidang Pengembangan
Sosial.
Pengembangan sosial merupakan membantu siswa memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan,
penyesuaian dan sebagainya, tujuannya siswa mampu berhubungan sosial dengan
baik terhadap lingkungan.
3.
Bidang Pengembangan Kegiatan
Belajar.
Pengembangan kegiatan belajar merupakan membantu siswa dalam
permasalahan belajar siswa supaya siswa tidak terhambat dalam perkembangan
belajar.
4.
Bidang Pengembangan
Karier.
Pengembangan
karir merupakan mengarahkan siswa memilih karir yang tepat dan sesuai dengan
potensi yang dimilikinya, pebimbing memberikan beberapa informasi dan pemahaman
tentang karir yang akan di ambil oleh siswa
5.
Bidang Pengembangan
Kehidupan Berkeluarga.
Pengembangan
kehidupan berkeluarga merupakan membantu memecahkan masalah keluarganya agar
siswamemperoleh pemahaman tentang kehidupan keluarganya.
6.
Bidang Pengembangan
Kehidupan Beragama.
Pengembangan
kehidupan beragama merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan agamanya agar siswa memiliki
pemahaman yang baik tentang ajaran agamanya. Agama merupakan sebagai penopang untuk semua
pengembangan dalam diri siswa sendiri.
C. Enam Bidang
Pendukung.
1.
Aplikasi Instrumentasi
Data.
Aplikasi
instrumentasi data merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengumpulkan data
siswa melalui tes maupun non-tes, tujuannya untuk memahami kondisi siswa
seperti potensi, bakat dan minatnya serta kondisi diri dan lingkungannya.
2.
Himpunan Data.
Himpunan data merupakan menghimpun semua data siswa,
himpunan data dilakukan secara continue atau berkelanjutan, sistematis
(terstruktur dengan baik), komprehensif atau menyeluruh, terpadu dan rahasia.
3. Konferensi
Kasus.
Konferensi
kasus merupakan kegiatan pendukung yang dilakukan oleh guru pembimbing untuk
membahas masalah peserta didik secara khusus dengan orang lain atau pihak-pihak
tertentu dalam menyelesaikan masalah siswa.
4. Kunjungan
Rumah.
Kunjungan rumah merupakan memperoleh data siswa
melalui mengunjungi rumah siswa serta bekerja sama dengan pihak orang tua
atau anggota keluarganya untuk
mengentaskan masalah yang sedang dihadapi siswa.
5. Alih
Tangan Kasus.
Alih
tangan kasus merupakan mengalihkan masalah klien kepada pihak-pihak yang lebih
ahli atau lebih wewenang agar masalah klien dapat dipecahkan secara tuntas,
misal: dokter, ahli psikolog dan sebagainya.
6. Tampilan
Perpustakaan.
Tampilan perpustakaan merupakan memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa tentang segala sesuatu terhadap kondisi siswa.
PRINSIP-PRINSIP KERJA PROFESIONAL
BK
A.
Prinsip
Umum
1. Bimbingan
harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
2. Bimbingan
diberikan kepada membutuhkan bantuan agar individu yang dibimbing mampu
mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
3. Pemberian
bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
4. Bimbingan
berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
5. Pelaksanaan
bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang
dirasakan individu yang dibimbing.
6. Upaya
pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
7. Program
bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran
di sekolah yang bersangkutan.
8. Implementasi
program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya harus
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter, psikiater,
serta pihak-pihak yang terkait lainnnya.
9. Untuk
mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling,
harus diadakan penilaian secara teratur dan berkesinambungan.
B.
Prinsip-Prinsip
Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa
1. Pelayanan
BK harus diberikan kepada semua siswa.
2. Harus
ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan konseling
kepada individu atau siswa.
3. Program
pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
4. Pelayanan
dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.
5. Keputusan
akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
6. Siswa
yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong
dirinya sendiri.
C.
Prinsip
Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing
1. Konselor
harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
2. Konselor
di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan pengalaman,
dan kemampuan.
3. Sebagai
tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha
mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan.
4. Konselor
hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia tentang siswa
yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai.
5. Konselor
harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang
dibimbingnya.
6. Konselor
harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode yang sama.
D.
Prinsip
yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan
Bimbingan Konseling
1. Bimbingan
dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
2. Pelaksanaan
bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi bagi setiap siswa.
3. Program
pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah
atau madrasah yang bersangkutan.
4. Harus
ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing pembimbing
mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan konseling.
5. Bimbingan
dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan
masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam mememcahkan masalah
terkait.
6. Dalam
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan madrasah harus
bekerja sama dengan berbagai pihak.
7. Kepala
sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di sekolah.[7]
KONSEP
DASAR MANAJEMEN BK
A.
Pengertian
Manajemen
Menurut
Eka Prihatin secara etimologis, kata Manajemen
merupakan terjemahan dari Management (bahasa
Inggris). Kata management berasal
dari kata manage atau magiare yang berarti melatih kuda dalam
melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen tersebut terkandung dua
kegiatan, yaitu kegiatan berpikir (mind)
dan kegiatan tingkah laku (actin).[8]
Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan: “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[9]
Manajemen
merupakan rangkaian kegiatan yang berupa proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan penilaian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan bersama. Dalam menejemen
terdapat tiga unsur penting, yaitu
sekelompok orang, kerja sama, dan tujuan yang telah ditetapkan[10]
Manajemen
dalam arti luas adalah perencanaa, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
(P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. [11]
Manajemen
bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan oleh konselor
untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Menurut penulis,
manajemen adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya supaya
suatu rangkaian organisasi itu efektif dan efisien. Dalam manajemen memiliki
tiga unsur yaitu sekelompok orang, bekerja sama dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
B.
Tujuan
Manajemen
Tujuan
manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja secara efektif dan
efisien. Efektif berarti mencapai tujuan sedangkan efisien dalam artian umum
bermakna hemat. Jadi ada dua tujuan pokok dengan diterapkannya manajemen dalam
suatu penyelesaian pekerjaan, organisasi, instansi, atau lembaga.
1. Efektivitas.
Tujuan
manajemen itu di upayakan dalam rangka mencapai efektivitas. Suatu program
kerja dikatakan secara efektif apabila program kerja tersebut dapat mencapai
tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, tujuan
diterapkannya manajemen pada sebuah program adalah agar program tersebut
mencapai tujuan.
2. Efisien.
Manajemen itu dilakukan
dalam rangka mencapai efisensi dalam pelaksanaan setiap program. Efisiensi
merupakan suatu konsepsi perbandingan antara pelaksanaan satu program dengan
hasil akhir yang diraih atau dicapai. Menurut The Liang Gie (1983) perbandingan
tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: segi pelaksanaan program dan segi
hasil.
a) Efisiensi
ditinjau dari usaha/pelaksanaan program
Sebuah
program dapat dikatakan efisien apabila hasilnya dapat dicapai melalui upaya
yang sekecil-kecilnya dan sehemat-hematnya. Upaya yang dimaksudkan disini
adalah penggunaan komponen, seperti tenaga, waktu pelaksaan, sarana dan
prasarana, serta keuangan.
b) Efisiensi
ditinjau dari hasil program.
Penyelenggaraan
sebuah program dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu memperoleh
hasil yang sebanyak-banyaknya. [12]
C.
Fungsi
Manajemen
1. Perencanaan
(Planning).
Perencanaan
merupakan tindakan awal dalam proses manajemen. Menurut Robbins (1981)
perencanaan adalah proses menentukan dan menetapkan cara terbalik untuk
mencapai tujuan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa “perencanaan
adalah proses menentukan apa yang seharusnya di capai dan bagaimana
mencapainya.
Dengan
adanya perencanaan akan dapat mengarahkan, mengurangi pengaruh lingkungan,
mengurangi tumpang tindih, serta merancang standar untuk untuk memudahkan
pengawasan.
Dengan
perencanaan yang di buat akan dapat mengkoordinir berbagai kegiatan,
mengarahkan para manajer dan pegawai kepada tujuan yang akan di capai. Bila
para manajer dan anggota organisasi mengetahui kemana mereka akan pergi, apa
yang mereka harapkan dari mereka sehingga berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan, maka mereka seharusnya berkoordinasi, bekerjasama dan sama-sama
bekerja.[13]
Menurut penulis,
perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan dalam menetapkan suatu
organisasi unruk mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian
adalah proses dimana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang
dapat ditangani dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil akan dicapai sehingga
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai (Winardi, 1990).
Proses
pengorganisasian adalah kegiatan menempatkan seseorang dalam struktur
organisasi sehingga memiliki tanggung jawab, tugas dan kegiatan yang berkaitan
dengan fungsi organisasi dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama melalui
perencanaan.
Pengorganisasian
sebagai proses kepengurusan adalah mencakup membagikan pekerjaan yang harus
dikerjakan, membagi tugas kepada karyawan untuk melaksanakannya, mengalokasikan
sumber daya-sumber daya yang memberikan bantuan, kemudian mengkoordinir
pekerjaan untuk mencapai hasil.
Menurut penulis,
pengorganisasian adalah aktivitas menyusun
serta pembagian tugas terhadap pihak-pihak yang wewenang dan bertanggung jawab
sehingga organisasi tersebut dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang
ingin di capai.
3. Penggerakan
(Actuating)
Actuating adalah menempatkan semua anggota pada kelompok
agar kerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. penggerakan artinya kegiatan
yang berhubungan dengan memotivasi atau memberi semangat kepada karyawan atau
pegawai.
Inti dari manajemen adalah penggerakan, dan inti
dari penggerakan adalah memimpin (leadership).
Actuating maengandung definisi sebagai berikut.
c) Actuating
adalah menggerakkan orang lain secara umum.
d) Directing
adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk dan
pengarahan.
e) Commanding
adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan perintah atau komando,
terkadang disertai faktor paksa.
f) Motivating
adalah menggerakkan orang lain dengan memberikan alasan-alasan, bimbingan,
nasihat, dan dorongan.
g) Staffing
adalah menggerakkan orang lain dengan menempatkannya pada fungsi-fungsi yang
sesuai ataupun dengan memberikan jabatan-jabatan tertentu.
h) Leading
adalah menggerakkan orang lain dengan member contoh dan teladan yang baik,
membawa kepada tujuan.[14]
Menurut
penulis, penggerakkan adalah memberikan pemahaman terhadap
sekelompok orang agar mau bekerja untuk mencapai tujuan, penggerakan ini
dilakukan oleh kepemimpinan, dimana pemimpin tersebut mampu memotivasi dan
membimbing bawahannya.
4. Pengawasan
(Controlling).
Fungsi
pengawasan mencakup semua aktivitas yang dilaksanakan oleh manajer dalam upaya
memastikan bahwa hasil aktual sesuai hasil yang direncanakan (Winardi, 1990).
Pengawasan
secara internal organisasi mencakup berbagai kegiatan yaitu:
a) Pengawasan
input: jumlah dan kualitas bahan-bahan, para anggota staf, peralatan, fasilitas
dan informasi yang dicapai oleh organisasi yang bersangkutan.
b) Pengawasan
aktivitas/ proses: yaitu penjadwalan, dan pelaksanaan aktivitas, operasinal,
transformasi serta distribusi yang terjadi dalam organisasi.
c) Pengawasan
out put: pengawasan terhadap
ciri-ciri out put yang diinginkan/ standar, output yang tidak diinginkan (polusi, bahan buangan, sampah) dari
organisasi yang bersangkutan.[15]
Menurut
penulis, pengawasan adalah aktivitas pengamatan untuk
menilai pelaksanaanya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, tujuan pengawasaan adalah agar kegiatan
manajemen dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian
(Evaluating).
Aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan didalam
proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program
yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Setiap kegiatan, baik
yang dilakukan oleh unsur pimpinan maupun bawahan, memerlukan adanya evaluasi.
Dengan
mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan serta
kemacetan-kemacetan yang diperoleh dari tindakan evaluasi itu, selanjutnya
dapat diusahakan bagaimana cara-cara memperbaikinya.[16]
KONSEP DASAR
PENGORGANISASIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Pengertian
Pengorganisasian
Pengorganisasian
merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara
orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian
tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara terinci menurut bidang-bidang
dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerja sama
harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah dietapkan.
Yang
perlu diperhatikan dalam pengorganisasia antara lain ialah bahwa pembagian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab, hendaknya disesuaikan dengan pengalaman,
bakat, minat, pengetahuan,dan kepribadian masing-masing orang yang di perlukan
dalam menjalankan tugas-tugas tertentu.[17]
Menurut penulis,
pengorganisasian adalah aktivitas
menyusun serta pembagian tugas terhadap pihak-pihak yang wewenang dan
bertanggung jawab sehingga organisasi tersebut dapat berjalan dengan lancar
sesuai tujuan yang ingin di capai
Istilah
organisasi mempunyai dua penegrtian umum. Pertama
organisasikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua
merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan
dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat
tercapai secara efektif.
Karakteristik
sistem kerja sama dapat dilihat antar lain :
1. Ada
komunikasi antar orang yang bekerja sama
2. Individu
dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama.
3. Kerja
sama itu ditujukan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian
sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan
tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai denagn kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya, serta mengkoorinasikan dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.[18]
Proses
pengorganisasian
|
|||||||||||||
Tahap pertama
yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menetukan tugas-tugas apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap kedua membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan
yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau kelompok. Tahap ketiga menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang
rasional, efisien. Pengelompokan tugas yang saling berkaitan, jika organisasi
sudah membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini biasanya disebut
departementalisasi.
Tahap keempat
menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu
kesatuan yang harmonis. Tahap kelima
melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Karena pengorganisasian merupakan
suatu proses yang berkelanjutan, diperlukan penilaian ulang terhadap keempat
langkah sebelumnya secara terprogram/ berkala, untuk menjamin konsistensi,
efektif, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.[19]
B.
Tujuan Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling
Pengorganisasian bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efesiensi pelaksanaan bimbingan dan konseling, meningkatkan
pemahaman terhadap stakeholderdalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling, membangun komunikasi dari berbagai petugas bimbingan dan konseling
sehingga terjadi persepsi yang sama, dan membangun dan menetapkan akuntabilitas
dalam layanan bimbingan dan konseling.
C.
Manfaat pengorganisasian
Adapun manfaat organisasi bimbingan dan konseling,
khususnya di sekolah dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut :
1. Ruang
lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas dan semua siswa harus mendapatkan
pelayan bimbingan, terutama melalui bimbingan kelompok.
2.
Pelayanan bimbingan menjadi usaha yang dilakukan
bersama oleh staf bimbingan sebagai tim kerja.
3.
Sarana personal dan materiil dapat dimanfaatkan secara
optimal sehingga dari segi finansial lebih dapat dipertanggung jawabkan dan
efisien.
4.
Pelayanan bimbingan dalam semua komponen program
bimbingan mendarah daging dalam kehidupan sekolah.
5.
Kedudukan, wewenang, dan tugas konselor sekolah diakui
oleh staf pendidik di sekolah dan di nilai lebih positif karena disamping
program pengajaran, terdapat program bimbingan yang sama sama dikelola secara
profesional.
6.
Dibuktikan bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya
meliputi wawancara konseling, tetapi mencakup berbagai kegiatan lainnya untuk
semua satuan kelas.
7.
Lebih mudah menentukan urutan prioritas, yaitu layanan
bimbingan yang diutamakan di institusi pendidikan tertentu pada jenjang
pendidikan tertentu.
8.
Tenaga bimbingan oleh para siswa tidak di pandang
sebagai satpam sekolah, petugas membina disiplin, guru cadangan, ahli menangani
kasus kenakalan, serta kasus keabnormalan, dan sebagainya.
9.
Diperjelas bahwa layanan bimbingan mengandung unsur
proses, yang membawa hasil secara gradual sebagai akibat dan usaha tenaga
bimbingan dan siswa bersama-sama, sama seperti pengajaran yang juga mengenal
unsur proses.
D.
Implementasi pengorganisasian dalam Bimbingan dan
Konseling
Tanpa pengorganisasian, BK tidak akan terlaksana
secara sistematis, tidak ada suatu koordinasi, perencanaan, sasaran
yang jelas, serta kepemimpinan yang proporsional dan profesional.
Pengorganisasian BK membantu seluruh personel sekolah, siswa dan orang tua
dalam mengoptimalkan peran masing-masing serta mencegah terjadinya penyalahgunaan
tugas tiap personel.[20]
PROGRAM
DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A.
Program
Bimbingan dan Konseling
Dalam
melaksanakan bimbingan melalui rencana program terlebih dahulu kita harus
mengetahui komponen-komponen dalam bimbingan dan konseling melauli program,
yaitu komponen input, proses, produk,
output, dan outcome.
1. Input
adalah komponen masukan yakni subjek bahan atau alat yang akan mengalami
tranformasi atau diolah.
Contoh : calon siswa baru merupakan calon masukan,
dimana sudah di terima sebagai siswa baru akan menjadi masukan dan akan
mengalami proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, baik dari segi kebutuhan , prestasi dan seterusnya
karena dari data tersebut akan di gunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun
program bimbingan dan konseling.
2. Komponen
proses menunjukkan kepada transformasi atau pengubahan, pengentasan, dan
pengembangan.
Contoh
: siswa di sekolah mengalami proses pendidikan, pengajaran, pembimbingan, dan
pelatihan yang di harapkan dari proses tersebut mereka berhasil mencapai tujuan
pendidikan.
3. Produk
adalah hasil yang diperoleh dari mengikuti kegiatan perantara.
Contoh
: ketika mengikuti proses belajar pada pokok – pokok bahasan tertentu dari
suatu mata pelajaran yang akan mencapai hasil belajar untuk mata pelajaran itu.
Hasil belajar di sebut produk.
4. Output
adalah hasil yang menunjukkan kepada lulus tidaknya dari mengikuti jenjang
sekolah tertentu.
5. Outcome
adalah keberhasilan lulusan dimana masyarakat dengan prestasi – prestasi yang
di hargai masyarakat.[21]
Dalam
melaksanakan program bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan:
1. Sekolah
dan murid harus mengetahui potensial, bakat, keprbadian, kecerdasan dan
abilitas murid.
2. Sekolah
dan murid harus mengetahui lingkungan tempat murid itu sekarang berada baik
dari lingkungan keluarga pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat.
3. Sekolah
dan murid harus mengetahui kemungkinan – kemungkinan kesempatan yang di miliki
oleh murid pada masa yang akan datang.
4. Sekolah
dan murid harus mengetahui kondisi fisik dan psikis lainnya termasuk kesulitan
emosional yang mungkin menghambat perkembangan murid sebagai individu.[22]
B.
Menyusun
Rencana Program Bimbingan dan Konseling
Dalam
menyusun rencana program bimbingan dan konseling disekolah harus melibatkan
berbagai pihak yang terkait (Stakeholders)
seperti kepala sekolah, gru bk, para guru, tenaga administrasi, orang tua
siswa, komite sekolah dan tokoh masyarakat.
Penyusunan
program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau guru bk atau
konselor sekolah atau koordinator bk (apabila disekolah yang bersangkutan
memiliki beberapa orang guru bk) dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain.[23]
Menyusun
rencana Program bimbingan dan konseling:
1. Meminta
arahan bimbingan dan lembaga tentang program yang hendak disusun.
2. Melakukan
analisis kebutuhan subjek sasaran bimbingan dan konseling (siswa) dengan
menerapkan langkah-langkah analisis kebutuhan, dan dengan menggunakan
instrument tasi tertentu .
3. Melakukan
analisis kebiasaan kerja personil pelaksanaan dengan menempuh langkah–langkah
analitis kebiasaan kerja dengan menggunakan instrument tertentu (observasi,
wawancara, dan seterusnya).
4. Diskusi
dengan personil terkait seperti guru mata pelajaran, wali kelas tentang hasil-hasil
analitis tersebut.
5. Merumuskan
tujuan penanganan untuk satu caturwulan atau untuk satu tahun pelajaran.
6. Merumuskan
strategi dan taktik penanganan.
7. Menuangkan
langkah – langkah di atas di dalam bentuk satuan layanan dan satuan pendukung.
8. Merekap
satuan layanan dan satuan pendukung tersebut dan alokasi waktu mereka dalam
satu caturwulan dan satu tahun pelajaran, yang selanjutnya di beri nama konsep
program bimbingan dan konseling.
9. Mendiskusikan
konsep program tersebut dengan pihak – pihak terkait di sekolah.
10. Menyusun
akhir bentuk program bimbingan dan konseling untuk satu catur wulan atau satu
tahun pelajaran , secara menyeluruh, lengkap, dan tepat.
11. Menjelaskan
program yang telah di susun dan meminta pengesahan kepada pimpinan lembaga.
12. Memilih
sasaran tertentu untuk kegiatan sosialisasi produk perencanaan program tersebut
(masing – masing dalam bentuk dalam bentuk satuan layanan dan satuan pendukung)
untuk sosialisasi program ( bagian ini selanjutnya dibahas).
13. Mengkoordinasikan
pelaksanaan program kepada personil – personil pelaksana.
14. Memantau
dan mengawasi pelaksanaan program.
15. Mengadakan
penyesuaian – penyesuaian dalam pelaksanaan program.
C.
Kegiatan
bimbingan dan konseling
1. Memberikan
penjelasan dan contoh perbedaan layanan konseling perorangan dari bentuk
layanan bimbingan lainya.
2. Memberikan
penjelasan dan contoh masalah-masalah yang di tangani melalui konseling
perorangan dari masalah-masalah yang di tangani melalui bentuk layanan
bimbingan lainnya.
3. Manjaelaskan
dan memberikan contoh-contoh tentang tujuan dan kegunaan konseling perorangan .
4. Menerima
klien dalam suasana hangat, akrap dan ap adanya dalam suasana bimbingan
konseling.
5. Mengatur
formasi layanan konseling.
6. Memberikan
penstrukturan dalam konseling.
7. Menerapkan
asas-asas bimbingan dan konseling dalam konseling.
8. Menerapkan
tehnik-tehnik dasar bimbingan dan konseling.
9. Menerapkan
tehnik-tehnik pengubahan tingkah laku dalam konseling .
10. Mengevaluasi
proses dan hasil konseling.
11. Membuat
catatan dan penyusanan laporan konseling (laporan kasus) sesuai dengan kode
etik bimbingan dan konseling.[24]
ANALISIS
KEBUTUHAN (NEED ASSESMENT) BK
A.
Pengertian
Analisis Kebutuhan (Assesment)
Asesmen
merupakan proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data atau
informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. hal tersebut dilakukan untuk
mendapat gambaran berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar
pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan.
Menurut penulis,
analisis kebutuhan (Assesment) adalah
proses pengumpulan atau menganalisis data dan informasi sesuai dengan
kebutuhan, kondisi dan masalah siswa terhadap lingkungannya, dan data tersebut
akan digunakan untuk penyusunan program layanan bimbingan dan konseling.
B.
Tujuan
Assesment
Menurut
hackney dan cornier yang mengambil tulisan seligman (dikutip dari Lesmana,
2005) ada 12 tujuan assesment:
1. Melancarkan
proses pengumpulan informasi.
2. Memungkinkan
konselor membuat diagnosis yang tepat.
3. Mengembangkan
rencana tindakan yang efektif .
4. Menentukan
tepat atau tidaknya klien menjalani rencana tertentu.
5. Menyederhanakan
pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan.
6. Meningkatkan
wawasan insight mengenai diri klien.
7. Mampu
menilai lingkungan.
8. Meningkatkan
proses konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.
9. Mengindikasikan
kemungkinan peristiwa tertentu akan terjadi, misalnya; sukses dalam usaha
okupasional atau akademik.
10. Meningkatkan
minat, kemampuan dan dimensi kepribadian.
11. Menghasilkan
pilihan-pilihan.
12. Memfasilitasi
perencanaan dan pembuatan keputusan.[25]
Perlu
diketahui bahwa tujuan-tujuan assesment yang telah disebutkan diatas dapat juga
berkembang kepada tujuan lain. Misalnya adalah
melalui assesment, konselor tertantang untuk mengembangkan keahliannya
dalam melakukan penilaian yang relevan dengan masalah klien. Kemampuan dan
keahlian seorang konselor akan tampak pada saat ia mampu memberikan penilaian
yang benar-benar menggambarkan kondusi klien yang sebenarnya.[26]
Perlu
di perhatikan keuntungan lain dari melakukan assesmen, yaitu kemungkinan
sifatnya yang reaktif hanya dengan melakukan assemen, sudah menjadi perubahan
tingkah laku. Contohnya: seorang pria yang mengatakan bahwa dirinya sulit
komunikasi dengan perempuan. Hanya dengan mengeksplorasi tingkah lakunya dengan
konselor, sudah terjadi perubahan tingkah laku.[27]
C.
Fungsi
Analisis Kebutuhan (Assesment)
Penyusunan
program bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah dimulai dari kegiatan
asesmen, atau kegiatan mengindentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan
masukan bagi penyusunan program tersebut.berdasarkan hal tersebut, aswsmen
berfungsi sebagai dasar penetapan program layanan bimbingan dan konseling untuk
:
1. Membantu
melengkapi dan memdalami pemahaman tentang peserta didik.
2. Merupakan
salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan BK terlaksana lebih
cermat dan berdasarkan data empirik(lapangan).
3. Sebagai
salah satu sarana yang digunakan dalam membuat diagnosis psikologis.
Kegiatan
asesmen dalam layanan bimbingan dan konseling meliputi dua area yaitu :
1. Assesmen
lingkungan, terkait dngan kegiatan mengindentifikasi harapan sekolah/madrasah
dan masyarakat(orang tua), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan,
kondisi dan kualifikasi konselor dan kebijakan pimpinan sekolah.
2. Assesmen
kebutuhan atau masalah peserta didik, menyangkut karakteristik peserta didik,
motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan,jurusan,olahraga,seni,dan
keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; tugas-tugas
perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan
konseling.[28]
D.
Efek
Dari Assesment
Assesment
yang
dilakukan konselor akan memberikan efek pada diri klien. Hackney dan cormier
(dikutp dari Lesmana, 2005) menyebutkan bahwa ada dua efek yang akan timbul
yaitu efek Positif dan efek negatif.
1. Efek
positif dari assesment adalah:
a) Klien
merasa bahwa konselor memahami masalahnya.
b) Menimbulkan
perasaan lega pada diri klien.
c) Klien
merasa memiliki pengharapan.
d) Klien
termotivasi melakukan perubahan yang diperlukan.
2. Efek
negatif yang dapat terjadi adalah:
a) Timbulnya
kecemasan dalam diri klien.
b) Klien
merasa diinterogasi.
c) Klien
merasa dievaluasi dan bertanya-tanya.
d) Bertanya
bagaimana sebenarnya keadaan dirinya. Apakah dia bodoh, gila, atau adakah hal
yang salah pada dirinya.
Apa
pun konsekuensinya, baik positif atau negatif,
Assesment wajib dilakukan.
Jangan dikarenakan konselor takut klien akan bertambah tertekan karena assesment yang dilakukan, konselor
meniadakan assesment. Hal ini akan
mengganggu keefektifan sebuah proses konseling. [29]
E.
Bentuk/Cara
Melakukan Analisi Kebutuhan
Apapun bentuk dan jenis asesmen
yang dilakukan, hal ini tetap menuntut suatu perencanaan, termasuk pada saat
melakukan analisis. Dengan demikian maka akan diperoleh alat ukur atau
instrumen yang benar-benar dapat diandalkan (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Berikut ini adalah
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan asesmen:
1. Perencanaan.
Aspek yang
harus ada dalam perencanaan asesmen adalah:
a) Memilih fokus asesmen pada aspek tertentu dari diri klien.
Dalam konseling, keputusan akhir
untuk pemecahan masalah yang dihadapi ada pada diri klien. Konselor/ guru BK bukan pemberi nasihat, bukan pengambil keputusan
mengenai apa yang harus dilakukan klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Karena itu, dengan bantuan guru
BK maka klien diharapkan mamp memiliki keberanian serta kemampuan untuk mengambil keputusan, mampu
memahami diri sendiri, dan mampu menerima dirinya sendiri. Berdasarkan
hal tersebut, maka konselor menentukan akan melakukan asesmen dengan
memfokuskan pada salah satu aspek dalam diri klien saja.
b) Memilih instrumen yang akan digunakan.
Setelah ditentukan fokus area
asesmen, Anda dapat merencanakan instrumen yang akan digunakan dalam asesmen.
Banyak instrumen yang dapat digunakan dalam asesmen seperti tes psikologis,
observasi, inventori, dan sebagainya. Tetapi untuk menentukan instrumen sangat
tergantung pada aspek apa yang akan diasesmen.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih instrumen dalam asesmen diantaranya yaitu: (1) kemampuan guru BK sendiri, (2) kewenangan guru BK (baik dalam mengadministrasikan maupun dalam
interpretasi hasilnya), (3) ketersediaan
instrumen, (4) waktu yang tersedia, dan (5) dana yang tersedia.
c) Penetapan waktu.
Perencanaan waktu yang dimaksud
adalah kapan asesmen akan dilakukan. Penetapan waktu ini sangat erat
berhubungan dengan persiapan
pelaksanaan asesmen. misalnya mempersiapkan instrumen, tempat, dan
peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan asesmen.
d) Validitas dan reliabilitas.
Apabila instrumen yang kita
gunakan adalah buatan sendiri atau dikembangkan sendiri, maka instrumen
itu perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Karena validitas dan
reliabilitas merupakan suatu syarat mutlak suatu instrumen asesmen.
Namun apabila kita menggunakan instrumen yang sudah terstandar, Anda tidak
perlu mencari validitas dan reliabilitas karena instrumen tersebut sudah
jelas memenuhi persyaratan sebagai suatu instrumen.
2. Pelaksanaan.
Setelah perencanaan asesmen selesai, selanjutnya adalah bagaimana
melaksanakan rencana yang telah dibuat tersebut. Hal-hal yang perludiperhatikan
dalam melaksanakan asesmen adalah pelaksanaannya harus sesuai dengan manual
masing-masing instrumen. Manual suatu instrumen biasanya memuat:
a) Cara mengerjakan.
b) Waktu yang digunakan untuk mengerjakan asesmen.
c) Kunci jawaban.
d) Cara analisis.
e) Interpretasi.
3. Analisis Data.
Langkah selanjutnya adalah analisis data, yaitu
melakukan analisis terhadap data yang diperoleh melalui instrumen yang
digunakan untuk mengambil data. Analisis dilakukan dengan mengikuti petunjuk
yang ada dalam manual masing-masing instrumen. Metode analisis data dalam asesmen konseling sangat tergantung data yang
diperoleh. Misal data yang diperoleh berbentuk kualitatif atau data kuantitatif
4. Interpretasi Data.
Interpretasi diartikan
sebagai upaya mengatur dan menilai fakta, menafsirkan pandangan, dan merumuskan
kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus dirumuskan dengan hati-hati, jujur,
dan terbuka. Berikut ini adalah hal-hal yang harus ada dalam interpretasi,
yaitu:
a) Komponen untuk menafsirkan / interpretasi hasil analisis data.
b) Petunjuk untuk menafsirkan analisis data.
5.
Tindak Lanjut.
Tindak lanjut adalah menindak lanjuti hasil asesmen atau penggunaan
hasil asesmen dalam konseling. Beberapa kegiatan tindak lanjut
diantaranya adalah apakah konseli perlu melakukan konseling yang memfokuskan pada aspek yang berbeda
lainnya, apakah klien perlu
mendapatkan tritmen tertentu, atau bahkan bisa jadi konsel perlu mendapatkan
rujukan (refferal) kepada pihak ketiga.
Untuk konseling yang berbasis individu, maka
langkah-langkah khusus peerlu dilakukan, yaitu dengan cara:
a) Menentukan
fokus yang akan dinilai (misal cara klien dalam merespon, ide-ide
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya).
b) Menentukan
teknik untuk penilaian (misal dengan observasi, konferensi kasus, atau
wawancara).
c) Menggunakan teknik penilaian yang telah ditentukan.
d) Melakukan analisis data yang diperoleh dan
membicarakan hasilnya denganklien.
e) Menanggapi
data dengan cermat.
f) Melaporkan data yang telah diolah (laporan hasil konseling)
Pengumpulan informasi assesment berbasis
individu dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a) Penilaian
berkesinambungan /berkelanjutan, guru melakukan
penilaian secara terus-menerus terhadap klien. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan anecdotal record, case
conference, observasi, refleksi, wawancara pengumpulan data, atau daftar
cek.
b) Penilaian proses, dilakukan pada saat konseling dilakukan. Adapun
yang dinilai adalah hal-hal seperti kerjasama, cara merespon, ide-ide
pemecahan masalah, kemampuan dalam mengambil keputusan, dan keterlibatan
dalam pemecahan masalah. Cara yang digunakan untuk mencatat informasi sebagai
bahan penilaian dapat dengan berbagai jenis alat pencatat observasi ( daftar
cek, rating scale).
c) Penilaian
Produk, merupakan penilaian terhadap hasil konseling, yaitu keputusan yang
diambil oleh klien pada akhir konseling. Dasar evaluasinya adalah
keputusan klien yang dalam pelaksanaanya diterapkan dalam
keseharian klien setelah selesai konseling. Tempatnya tergantung apa yang
akan dinilai, misalnya perubahan perilaku saat mengikuti pembelajaran di kelas,
maka penilaian dilakukan di saat klien mengikuti pembelajaran di kelas.
d) Penilaian
Proyek, berdasarkan kesepakatan
antara klien dengan guru BK, klienakan merancang tentang cara melakukan pendekatan kepada seseorang (orang
tua, teman sekolah, guru) untuk menyelesaikan masalahnya,
merencanakanmengkomunikasi-kan sesuatu
(kepada orang tua, guru, pacarnya, dan sebagainya).
Selain itu, ada dua macam metode
asesmen yang dapat digunakan guru pembimbing atau konselor, yaitu:
a) Tidak
langsung/indirect seperti wawancara, kuesioner, retrospektif rating
oleh orang lain, baik dengan representasi kata verbal maupun tulisan
b) Langsung/direct seperti
observasi diri, analog role play, analog
perilaku bebas (setting mirip tapi bukan sesungguhnya), role play alamiah, perilaku bebas alamiah (setting sesungguhnya).[30]
perilaku bebas (setting mirip tapi bukan sesungguhnya), role play alamiah, perilaku bebas alamiah (setting sesungguhnya).[30]
ANALISIS
KEBUTUHAN (NEED ASSESMENT BK DI SEKOLAH)
A.
Sekolah
Dasar
Kebutuhan
pada anak sekolah dasar, yang terutama berkisar pada kebutuhan mendapatkan
kasih sayang, dan perhatian, menerima
pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan perkembangan kognitif, serta
memperoleh pengakuan dari teman sebaya dengan tingkah lakunya.
B.
Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
Kebutuhan
siswa selama umu 12-15 tahun bersifat psikologis, seperti kasih sayang,
menerima pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi
diberbagai bidang yang dihargai oleh orang dewasa dengan teman sebaya,
mempunyai hubungan persahabatan dengan teman sebaya, dan merasa aman dengan
perubahan kejasmaniannya sendiri.
C.
Sekolah
Menengah Atas (SMA)
Kebutuhan
siswa pada umur 16-19 tahun bersifat psikologis seperti mendapatkan perhatian
dan dukungan tanpa pamrih negatif apapun, mendapatkan perhatian terhadap
keunikan alam pikiran dan perasaannya serta menerima kebebasan yang wajar.
Pendidikan SMA untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
D.
Sekolah
Menengah Kejurusan (SMK)
Pendidikan
menengah kejurusan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja
serta mengembangkan sikap profesional.[31]
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
A.
Struktur
organisasi
Menurut
E. Kast dan James E. Rosenzweigh (1974) struktur diartikan sebagai pola
hubungan komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem
formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan
kelompok agar tercapai tujuan. Menurut Simon (1958) struktur itu sifatnya relatif
stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk
penyesuaian-penyusaian.
Pada
struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang
harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
Pengorganisasian
menyangkut penentuan pekerjaan, pembagian kerja, penetapan mekanisme dan
mengkoordinasikan kegiatan, salah satu hasil dari proses ini adalah STRUKTUR
ORGANISASI yang merupakan prosedur formal manajemen organisasi. Struktur ini
dibentuk sangat bergantung pada tujuan organisasi dan strategi yang akan
dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.[32]
B.
Pentingnya
Organisasi Sekolah yang baik
Organisasi dapat
diartikan sebagai memberi struktur atau susunan terutama dalam penyusunan/
penempatan orang-orang dalam suatu kelompok, atau berarti juga menempatkan
hubungan antar orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing didalam struktur yang telah ditentukannya. Penetuan
struktur serta hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar
tersusunlah pola kegiatan yang tertuju kepada tercapainya tujuan-tuuan bersama
dari kelompok.
Sekolah,
sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru,
pegawai tata usaha, dsb. Dan murid-murid, memerlukan adanya organisasi yang
baik agar jalannya sekolah itu lancar menuju kepada tujuannya.
Dengan
organisasi sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung
jawab dapat merata kepada semua orang sesuai denagn kecakapan dan fungsinya
masing-masing.
C.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi susunan organisasi sekolah
Adapun
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan-perbedaan dalam susunan
organisasi sekolah, anatar lain :
1. Besar
kecilnya sekolah
Ada
sekolah yang mempunyai banyak murid, banyak guru, dan banyak pula ruangan
belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada sekolah yang banyak
murid-muridnya, tetapi tidak cukup guru-gurunya, tetapi cukup ruang belajarnya.
2. Letak
sekolah
Sekolah
yang berada di kota besar berlainan dengan sekolah di kota kecil, di kota
kecamatan, di pegunungan, di pinggir pantai, dsb. Letak sekolah atau lingkungan
sekolah menetukan tokoh-tokoh masyarakat siapkah yang perlu diikutsertakan di
dalam membangun dan membina sekolah itu.
3. Jenis
dan tingkatan sekolah
Sekolah
kejurusan berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasr tidak sama dengan SLP/SLA,
dan berbeda pula dengan perguruan tinggi, dst. Tujuan khusus tiap-tiap sekolah
yang tidak sejenis itu tidak sama. Demikianlah, meskipun sekolah-sekolah itu
pada umumnya mempunyai keperluan dan kebutuhan yang banyak persamaannya,
dilihat dari perbedaanya dsalam keadaannya didalam ketiga faktor tersebut di
atas, banyak pula perbedaan-perbedaannya dalam keadaan dan kebutuhannya. Ini
semua dapat mempengaruhi adanya perbedaan-perbedaan didalam susunan organisasi
sekolah yang diperlukan.
·
Contoh struktur sekolah
Organisasi
Sekolah yang agak besar (SMP/SMA).
Jika
diperlukan didalam tiap urusan dapat dibentuk seksi-seksi sesuai dengan
kebutuhan sekolah masing-masing, seperti :
Urusan
kurikulum/ pengajaran terdiri atas :
ü Seksi
kesenian dan rekreasi.
ü Seksi
perpustakaan.
ü Seksi
pembinaan kegiatan-kegiatan ekstrakelas.
Urusan
gedung dan perlengkapansekolah terdiri atas :
ü Seksi
kebersihan dan keindahan.
ü Seksi
perlengkapan dan pemeliharaan alat-alat.
ü Seksi
kebun dan pertamanan.
Untuk
sekolah-sekolah yang kecil, seperti SD yang hanya memiliki beberapa orang guru,
organisasi yang sederhana seperti berikut telah mamadai.
Perlu
dijelaskan disini bahwa guru-guru yang ditunjuk atau diserahi tugas memimpin
seksi-seksi tersebut juga adalah guru-guru kelas. Pembagian tugas seksi-seksi
disesuaikan dengan kecakapan dan kemampuan guru masing-masing.
Agar
tiap-tiap bagian atau seksi-seksi didalam organisasi itu mengetahui dan
memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, maka susuna organisasi itu
perlu dilengkapi dengan job description tersebut
sebaiknya dilakukan dengan rapat secara musyawarah.
Selanjutnya,
tiap bagian atau seksi diharuskan membuat “rencana kerja” terinci yang akan
dilaksanakan selama satu tahun ajaran. Dalam hal ini perlu diusahakan agar
setiap rencana masing-masing bagian atau seksi itu tidak bertumburan satu sama
lain, tetapi harus merupakan satu kesatuan yang harmonis dan disesuaikan kepada
program sekolah pada umumnya.[33]
STRUKTUR
ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
Pola
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan struktural
antara berbagi bidang atau berbagai kedudukan dalam pelayanan bimbingan
konseling di sekolah dan madrasah. Kerangka hubungan tersebut digambarkan dalam
suatu struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling.
Contoh
pola manajemen dan struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling yang
menempatkan kepala sekolah sekolah sebagai pembimbing utama.
Pola
manajemen atau struktur organisasi di atas, kepala sekolah/ madrasah merangkap
tugas selain sebagai kepala sekolah dan madrasah juga sebagai guru pebimbing
atau sebagai petugas bimbingan utama di sekolah atau madrasah yang
bersangkutan. Pola seperti di atas berarti disekolah dan madrasah yang
bersangkutan tidak memiliki petugas bimbingan yang khusus.
Contoh
pola manajemem atau struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah yang hampir sama dengan pola di atas adalah sebagai
berikut:
Pada
pola manajemen atau struktur organisasi pelayanan BK di atas kepala sekolah
atau madrasah tidak bertugas sebagai pembimbing utama. Namun pola di atas juga
menunjukkan bahwa sekolah atau madrasah yang bersangkutan belum atau tidak
memiliki petugas atau tenaga bimbingan khusus, karena pelayanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para wali
kelas. Dengan pola di atas wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para
walikelas memiliki tugas rangkap.
Contoh
pola manajemen atau struktur organisasi layanan BK di sekolah atau madrasah
yang memiliki tenaga bimbingan khusus adalah sebagai berikut:
Pola
manajemen di atas menunjukkan bahwa pelayana bimbingan dan konseling disekolah
atau madrasah yang bersangkutan dilaksankaan oleh tenaga bimbingan khusus yang
tidak merangkap tugas sebagai gruru atau wali kelas.
Pada
pola manajemen atau struktur organisasi pelayana BK di atas ditunjuk
koordinator pelayanan BK dan koordinator menetapkan tenaga-tenaga bimbingan
(staf bimbingan ) yang lain dan tenaga penunjang. Koordinator bertanggung jawab
atas pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah atau madrasa yang
bersangkutan.
Manajemen
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Sesungguhnya
tidak ada pola-pola manajemen atau struktur organisasi yang baku dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
Sekolah dan madrasah bisa
merumuskan sendiri pola-pola manajemen pelayanan bimbingannya sesuai kebutuhan
sekolah dan madrasah. Artinya pola manajemen pelayanan BK mana yang akan
diterapkan oleh sekolah atau madrasah yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan sekolah yang bersangkutan.[34]
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal,
Ibrahim. 2006 Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah Dasar.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fatah,
Nanang. 2004. Landasan Manajemen
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hallen.
2005. Bimbingan dan konseling. PT.
Ciputat Press.
Hisibuan,
Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pertimbanga, dan Masalah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Komalasari,
Gantina, Eka Wahyuni & Karsih. 2011. Asesmen
Teknik Nontes. Jakarta Barat: PT. Indek.
Lesmana,
Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar
Konseling. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Lubis,
Namora Lumongga. 2014. Memahami Dasar-Dasar
Konseling Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.
Prihatin,
Eka. 2011. Manajemen Peserta didik.
Bandung.
Purwanto,
Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ridwan.
2004. Penanganan Efektif Bimbingan Dan
Konseling di Sekolah. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafaruddin
& Irwan Nasution. 2005. Manajemen
Pembelajaran. PT: Ciputat Press.
Tohirin.
2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Usman,
Husaini. 2009. Manajemen. Jakarta
Timur: PT.Bumi Aksara.
Winkel
dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan
Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Wiyani,
Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas.
Jogjakarta.
Yusuf,
Syamsu. 2005. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
http://anieszaps-love.blogspot.co.id/2013/04/pengorganisasian-bimbingan-konseling.html
http://counselingcare.blogspot.co.id/2012/06/assessment-dalam-bk.html
[1] Syamsu Yusuf. Landasan Bimbingan dan Konseling.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Hal: 26-32
[2] Hallen. Bimbingan dan konseling. (PT. Ciputat Press, 2005) Hal: 76-79
[3] Hallen. Bimbingan dan konseling. (PT. Ciputat Press, 2005) Hal: 80-82
[4] Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 187-195
[5] Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 123-139
[6]Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 207-250
[7] Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 69-76
[8] Eka Prihatin. Manajemen Peserta didik. (Bandung, 2011)
Hlm: 7
[9] Malayu S.P Hisibuan, Manajemen: Dasar, Pertimbangan, dan Masalah,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 2
[10]
Novan Ardy Wiyani. Manajemen
Kelas. (Jogjakarta, 2013) Hlm: 49
[11]
Husaini Usman. Manajemen. (Jakarta
Timur: PT.Bumi Aksara, 2009) Hlm: 5
[12] Ibrahim Bafadal. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar.
(Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006) Hlm: 50
[13] Syafaruddin & Irwan
Nasution. Manajemen Pembelajaran.
(PT: Ciputat Press, 2005) Hlm:71
[14]
http://www.ssbelajar.net/2012/08/fungsi-manajemen.html
[15] Syafaruddin & Irwan
Nasution. Manajemen Pembelajaran.
(PT: Ciputai Press, 2005) Hlm:75
[16] Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005) Hlm: 22
[17] Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005) Hlm:16
[18] Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2004).
[19] Ibid.
[20]
http://anieszaps-love.blogspot.co.id/2013/04/pengorganisasian-bimbingan-konseling.html
[21] Ridwan. Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah. (Yokyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004) Hlm 150
[22] Ridwan. Penanganan Efektif Bimbingan Dan
Konseling di Sekolah. (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) Hlm 150
[23]Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 261
[24] Ridwan. Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah. (Yokyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004) Hlm 151
[25] Jeanette Murad Lesmana. Dasar-Dasar Konseling. (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2005) Hlm: 121
[26] Namora Lumongga Lubis. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori
dan Praktek. (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2014) Hlm: 112
[27] jeanette Murad Lesmana. Dasar-Dasar Konseling. (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2005) Hlm:121
[28] Gantina Komalasari, Eka Wahyuni
& Karsih. Asesmen Teknik Nontes.
(Jakarta Barat: PT. Indek, 2011) Hlm: 17-20
[29] Namora Lumongga Lubis. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori
dan Praktek. (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2014) Hlm: 113
[30]
http://counselingcare.blogspot.co.id/2012/06/assessment-dalam-bk.html
[31] Winkel dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan. (Yogyakarta: Media Abadi. 2004) Hlm: 135-154
[32] Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2004) Hlm:73
[33] Ngalim Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005) Hlm: 160-163
[34] Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007) Hlm: 278-280
Tidak ada komentar:
Posting Komentar