BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman
dengan munculnya berbagai teknologi yang canggih, belum lagi dengan adanya
berbagai macam pekerjaan yang sadar tidak disadari ini menjadi sebuah tantangan
hidup sebuah insan di dunia yang memerlukan pemahaman dan kesadaran akan adanya
hal tersebut. Dengan ini perlu adanya sebuah pemahaman, pengarahan dan
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat atau pun peserta didik yang harus
dilakukan oleh seorang guru karena betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan
zaman dan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan disekitar lingkungan peserta
didik yang nantinya akan memicu pada sebuah karir yang paling tidak menjadi
sebuah cita dari peserta didik. Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa
pentingnya seorang guru mampu memahami dari bimbingan karir yang kemudian dapat
dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran
akan pentingnya hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Pengertian bimbingan karir?
2.
Bagaimana sejarah bimbingan karir di
dunia?
3.
Bagaimana perkembangan bimbingan karir
di indonesia?
1.3 TujuanPenulisan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan bimbingan karir.
2.
Agar dapat mengatahui sejarah bimbingan
karir di dunia.
3.
Agar dapat memahami perkembangan
bimbingan karir indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan Karir
Istilah
“konseling karir” mengaju pada konseling bilamana klien atau konseling
mengekspresikan perhatian atau minatnya dalam memperbincangkan tentang masa
depan kariernya. Karena “karir” adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian
yang cukup luas, pembanasan dapat menjangkau mulai dari rencana
pendidikan sampai pada pemilihan jabatan, gaya hidup, rencana kawin, pekerjaan
paruh waktu.
Bimbingan
karir di defenisikan sebagai aktivitas-aktivitas dan program program yang
membantu individu mengasimilasikan dan mengintegrasikan pengetahuan,
pengalaman, dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan :
a.
Pengenalan
diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan
persepsi-persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan
lingkungannya.
b.
Pemahaman/pengenalan
terhadap kerja masyarakat dan factor-faktor
yang mempengaruhi perubahannya, termasuk sikap-sikap dan di siplin kerja.
c.
Kesadaran
atas waktu luang yang bias berperanan dalam kehidupan seseorang.
d.
Pemahaman
akan perlunya dan banyaknya factor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
karir.
e.
Pemahaman
terhadap informasi dan pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
f.
Mempelajari
dan menerapkan proses pengambilan keputusan karier
Definisi dari NVGA, diambil dari super (1951), adalah sebagai “proses
membantu seseorang mengembangkan dan menerima gambaran diri yang terintegrasi
dan adekuat dan peranannya dalam dunia kerja, mengentas konsepnya dalam
realitas, dan mengkoversikannya ke dalam realitas, dengan kepuasan bagi dirinya
dan keuntungan bagi masyarakat”(sears, 1982).
Menurut
Miller Bimbingan didefinisikan
sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai
pemahaman dan pengarahan diri (Guidance is the proces of helping
individualis achieve the selfunderstanding and self and direction) sedangkan karier diartikan
sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang
mengarah pada dunia kerja.
Sedangkan
Sukardi mendefinisikan Bimbingan
Karier adalah bantuan
layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan,
menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh
kebahagiaan dari padanya.
2.2 Sejarah BK Karier di Dunia
Kegiatan bimbingan
karir bermula dari bimbingan jabatan yang mulai dipergunaan frank person pada
tahun 1908. Beliau membentuk suatu lembaga yang bertujuan membantu anak-anak
muda untuk memperoleh pekerjaan. Pada saat itu, bimbingan karir dipandang
sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara mencocokkan
ciri-ciri dan faktor individu dengan ciri-ciri dan faktor pekerjaan yang ada di
lingkungannya. Pada awalanya penggunaan istilah vocational huidance lebih merujuk pada usahamembantu individu dalam
memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya
mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Selama ini frank person
dikenal sebagai tokoh dalam merintis bimbingan karir, sejak 1000 tahun sebelum beliau
mengemukakan gagasannya itu, sebelumnya telah ditemukan di basrah bahwa ada
tokoh-tokoh islam klasik yang merintis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
3 variabel dalam pengambilan keputusan karir. Oleh karena itu praktik-praktik
cara mencocokkan ciri-ciri individu dengan ciri pekerjaan telah berlangsung
sejak lama, namun kala itu belum disebut sebagai bimbingan karir.
Konsep bimbingan yang
bermula di Amerika serikat ini dilatari oleh berbagai kondisi objektif pada
waktu itu diantaranya :
a.
Keadaan ekonomi.
b.
Keadaan sosial, seperti urbanisasi.
c.
Kondisi ideologis, seperti adanya
kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan
seseorang dalam rangka
meningkatkan
kemampuan diri dan statusnya.
d. Perkembangan
ilmu, khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimental,
Atas desakan kondisi
tersebut, maka muncullah gerakan vocationl guidance yang kemudiaan tersebar
keseluruh negara, termasuk ke indonesia.
Selanjutnya,
perkembangan penggunaan bimbingan karir, seperti pada tahun 1911 dibentuk biro
jabatan dengan editor-editor Frederick J. Alien yang menerbitkan Vocational Guidance News Letter sebagai
jurnal pertama yang kemudian berganti menjadi Vocational Guidance Magazine, kemudian Occpation
Guidance, dan di olah lagi menjadi Personal
and Guidance Journal.
Pada tahun 1913, fledgling guidance movement yang
berarti gerakan bimbingan anak muda yang berpengalaman dalam bekerja diwadahi
dengan organisasi yang bernama National Vocational Guidance Association dengan
menerbitkan jurnal pertamanya yang dikenal dengan nama Vocational
Guidance. Enam puluh tahun kemudian ciri kegiatan yang sama dengan tersebut bermunculan
dengan dipertegas dengan nama career education and guidance movement sehingga
untuk membedakan dengan gerakan sebelumnya yaitu vocational guidance.
Pada tahun 1920-an beberapa SMA
melihat keberhasilan gerakan bimbingan yang menggunakan tes standar untuk
bidang kerja yang cocok bagi mereka nantinya. Pada tahun 1925, Harry D. Kitson
seorang pionir dalam latihan konselor vokasional, mula-mula di Indiana
University, kemudian berkembang ke Teachers College dan Columbia
University sehingga menerbitkan buku yang berjudul The
Psychology of Vocational Adjustment dimana memandang bimbingan dan
konseling karir itu suatu bidang khusus yang harus diajarkan oleh para
profesional terlatih dan dilakukan juga oleh para profesional terlatih pula.
Bahkan muncul konsep magang
sejak dekade 1930-an yang kemudian secara antusias sekolah mengadopsi sistem
tersebut yang menjelaskan konseling itu sangat dibutuhkan. Pada masa ini
istilah konseling belum terlalu dikenal yang sama labelnya dengan bimbingan
yang memberikan bantuan tentang jenjang pendidikan dan pilihan karir mana yang
terbaik buat mereka per individu.
Pada tahun 1931, The
Minnesota Employment Stabilization Research Institute dibawah
pimpinan Dolald G. Paterson dan rekan-rekannya dari University of
Minnesota meneliti faktor psikologis dalam pekerjaan dan pengangguran
yang berkesimpulan pada prinsipnya teknik layanan bimbingan dan seleksi
karyawan harus lebih baik sehingga membantu menyehatkan dunia usaha dan membina
tenaga kerja agar lebih stabil lagi.
Di
akhir 1950-an dan 1960-an, dengan lahirnya national
defense Education Act tahun 1958, penempatan dan tindak lanjut juga menjadi
aktivitas yang signifikan bagi fase bimbingan karier disekolah-sekolah dan
lembaga-lembaga AS.
Pada tahun 1951, Donald E. Super meluncurkan The Career Patters Study yang
menjelaskan pembebasan bimbingan dan konseling karir dari konsep pengambilan
keputusan yang statik dan single choiche at a point in time yang
menempatkan studi perilaku karir dalam konteks perkembangan manusia.
Pada masa ini dikenal
dengan National Defense Education Act yaitu September 1958
dimana merupakan satu tonggak penting dalam pendidikan di Amerika karena
monumen kesuksesan gerakan bimbingan demi memaksimalkan fungsi pendidikan dan
proses dalam bimbingan tersebut. Di tahun 1960-an, terbit Statement
of Policy for Secondary School Counselors dari Asosiasi Konselor
Sekolah dimana tidak cukup memahami dinamika anak muda saja tetapi bagaimana
semua generasi dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan cepat
teknologi dan sistem dunia.
Pada tahun 1964, terbitlah
publikasi The National Vocational Guidance Association yang
berjudul Man in a World at Work yang disunting oleh Henry
Borow yang menggambarkan dimulainya membangun kembali bimbingan dan konseling
karir yang telah ketinggalan jauh dari psikologi vokasional sejak tahun
1950-an. Pada tahun 1966, beberapa konselor karir yang berorientasi behavioral
menggemborkan katakan “revolusi dalam konseling”. Tokohnua Krumblotz mencoba
teknik baru dalam pengambilan keputusan karir, termasuk counselor modelling,
goal setting, dan reinforcement.
Namun di tahun 1971
Departemen Pendidikan AS, lewat komisioner pendidikan saat itu, Sidney
P.Marland Jr., mengalokasikan labih dari $9 juta dana untuk riset dan proyek
pengembangan yang berfokus kepada penetapan model pendidikan karier yang
komprehensif. Melalui undang-undang ini, konsep pendidikan karier sebagai tanggung jawab semua sekolah
diresmikan, dan konselor bukan lagi satu-satunya professional yang mengemban
tugas menyediakan konseling dan bimbingan Karier untuk siswa-siswa disekolah.
Pada tahun 1973, National Commission on The Reform of
Secondary Education menerbitkan laporan yang merekomendasikan
pemfungsian konselor SMP untuk memfokuskan bimbingan kepada arah penempatana
pendidikan sesuai dengan karir terbaik yang bisa atau ingin diraih nantinya.
Pada masa ini juga, muncul instrumen yang bernama Career Maturity
Invertory dan kemudian direvisi pada tahun 1978 sebagai suatu model
hierarkis dari kematangan karir yang didasarkan pada isi dan proses pilihan
karir yang sebelumnya.
Ditahun
1990-an, sebuah kecendrungan yang muncul sekali lagi mengakui konselor sebagai
profesional utama menyediakan bimbingan
dan konseling karier. contohya, di tahun 1994 Kongres As mengakui peran
konselor menyediakan bantuan karier dengan diberlakukannya school-to-Work Opportunities Act. Undang-undang ini menyediakan
sebuah kerangka kerja di semua Negara bagian, dengan konseling karier sebagai
prioritas tertingginya. Kecendrungan tambahan mencakup pula perkembangan dan
pengakuan terhadap spesialis konseling karier dan pembangunan pusat-pusat
karier untuk populasi tertentu seperti mahasiswa akademi,wanita,kaum minoritas
dan para pensiunan. Selain itu, kita juga mulai melihat perluasan layanan
konseling bagi warga miskin dan para tunawisma, selain juga munculnya spesialis
bagi konsultasi mana jemen dan professional .perubahan yang terus terjadi di
dunia kerja akan menuntut kebutuhan akan konseling karier lebih jauh kedepan di
semua lingkup.
2.3 Perkembangan BK Karier di Indonesia
Perkembangan BK di
Indonesia tidak sama dengan perkembangan BK di Amerika. Perkembangan BK di
Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur
angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah.
Bimbingan Konseling di
Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini
ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya
perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang
awalnya dikelas I menjadi di kelas II. Program penjurusan ini merupakan respon
akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya
secara perorangan.
Dalam rencana
Pembelajaran SMA Gaya Baru, diantaranya ditegaskan sebagai berikut :
a.
Dikelas I setiap pelajar diberi
kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan minatnya, dengan jalan menjelajahi
segala jenis mata pelajaran yang ada di SMA, dan dengan bimbingan penyuluhan
yang teliti dari para guru maupun orang tua.
b.
Dengan menggunakan peraturan kenaikan
kelas dan bahan-bahan catatan dalam kartu pribadi setiap murid, para pelajar
disalurkan ke kelas II kelompok khusus : Budaya, Sosial, Pasti dan Pengetahuan
Alam.
c. Untuk
kepentingan tersebut, maka pengisian kartu pribadi mirid harus dilaksanakan
seteliti-telitinya (Rochman Natawidjaja,1971).
Pada tahun 1960
tepatnya pada tanggal 20 sampai tanggal 24 Agustus, di adakan konferensi FKIP
seluruh di indosneia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan penyuluhan
dimasukkan dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah yang
lebih maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai suatu
ilmu yang di dalamnya di kupas juga mengenai karir dapat dikupas secara ilmiah.
Perumusan dan
pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA ini di susul dengan berbagai
kegiatan pengembangan Layanan BK di Sekolah, seperti rapat kerja, penataran,
dan lokakarya. Puncak dari usaha ini adalah didirikannya jurusan bimbingan dan
Penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP ( intitut keguruan dan ilmu
pengetahuan) Negeri. Salah satu yang membuka jurusan BP adalah IKIP Bandung,
yaitu pada tahun 1963. IKIP Bandung ini sekarang sudah berganti nama menjadi
Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan di adakannya bermacam-macam latihan
jabatan oleh yang berwenang menunjukkan bahwa masalah bk karir di indonesia
pada waktu ini mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah maupun
dalam masyarakat yang luas.
Dengan diperkenalkannya
gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan
Sekolah Pmbangunan Persiapan (SMPP), yang berupa proyek percobaan dan peralihan
dari sistem persekolahan lama menjadi sekolah pembangunan. Pembentukan (SMPP)
ini dimaktubkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0199/0/1973. Untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan di SMPP ini, Badan
Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun Program Bimbingan dan Penyuluhan SMPP.
Usaha mewujudkan sistem
sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan
pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP). PPSP
ini diujicobakan didelapan IKIP, yang diantaranya adalah IKIP Bandung dan
Jakarta. Badan Pengembangan Pendidikan, melalui lokakarya-lakokarya telah
berhasil menyusun dua naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan
bimbingan di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
a.
Pola Dasar Rencana dan Pengembangan
Program Bimbingan dan Penyuluhan melalui Proyek-Proyek Perintis sekolah
Pembangunan.
b. Pedoman
Operasional Pelayanan Bimbingan pada Proyek-Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan.
Secara formal BK
diprogramkan disekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang menyatakan
bahwa BK merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975
berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini
memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap perluasan program bimbingan di
sekolah.
Setelah melalui
penataan, maka dalam dekade 80-an bimbingan diupayakan agar lebih mantap.
Pemantapan terutama diusahkan upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada
profesionalisasi yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang
dilakukan dalam dekade ini adalah Penyempurnaan Kurikulum, dari Kurikulum 1975
ke Kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukkan bimbingan karir
didalamnya.
Pada tahun 1981 dikukuhkan Kurikulum Inti Program Studi Bimbingan
dan Konseling pada Strata I dan D3. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi sudah
membuka biro konsultasi atau pusat bimbingan di kampus unyuk menampung
mahasiswa-mahasiswi yang membutuhkan bantuan psikologis dalam menghadapi
berbagai tantangan hidup dewasa ini.
Mulai dasawarsa 1980-an terbitan buku-buku yang membahas pelayanan
bimbingan pada institusi atau lembaga pendidikan bertambah banyak. Selain itu,
terbitlah pedoman-pedoman dari berbagai instansi pengelola pendidikan yang
merupakan pembaharuan dan perluasan terhadap pedoman terdahulu, misalnya Pedoman
Pendidikan Guru oleh Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis pada
tahun 1981, dan Kurikulum: Pedoman Bimbingan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, pada tahun 1986.
Kalau di tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan terutama
terfokus pada beraneka kesulitan yang dialami oleh siswa selama belajar di SMA,
sekarang ini fokus diarahkan ke masa sesudah pendidikan di SMA selesai,
sehingga pelayanan bimbingan lebih bermakna sebagai penunjang pada persiapan
siswa-siswi bagi masa depannya (studi di perguruan tinggi dan kemudian
membangun suatu karir di masyarakat). Pergesaran fokus ini nampaknya dalam perumusan tentang tujuan bimbingan karir,
yaitu agar membantu siswa dalam memahami diri sendiri, dalam memahami
lingkungan hidupnya, dan dalam mengembangkan rencana masa depannya. Kelima buku
paket Bimbingan Karir di SMA yang sudah terbit pada tahun 1982, menampakkan
fokus yang sama dengan hal tersebut. Artinya pada pemberlakuan Kurikulum 1984
ini, bimbingan dan konseling berwujud dalam bentuk bimbingan karir.
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, sebutan untuk guru BP
berubah menjadi Guru Pembimbing yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 025/0/1995. Perundang-undangan semakin memperkuat
posisi bimbingan dan konseling dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan konselor itu adalah
pendidik artinya bimbingan dan konseling merupakan sesuatu yang tidak bisa
dipisahkan dari pendidikan.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan layanan bimbingan dan
konseling sebagai suatu pengembangan diri yang didalamnya terdapat kompetensi
peserta peserta didik yang harus dikembangkan untuk mewujudkan self actualization dan capacity
development.
Setelah itu, pada tahun 2014, terbitlah dua Permendikbud yang
mengokohkan posisi bimbingan dan konseling khususnya bimbingan karir yaitu
Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan dan Permendikbud Nomor 111
Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kedua peraturan tersebut untuk menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013. Di
dalam peraturan itu dijelaskan bahwa peran utama seorang konselor itu adalah memberikan
rekomendasi pada peserta didik untuk memilih tiga mata pelajaran dari empat
mata pelajaran yang tersedia pada masing-masing kelompok peminatan. Selain itu,
konselor bertugas memberikan rekomendasi kepada peserta didik yang menginginkan
perpindahan kelompok peminatan akademik serta memberikan rekomendasi bagi
peserta didik yang akan melanjutkan ke SMA atau SMK, dan untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu ke perguruan tinggi.
Usaha memantapkan
bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa : “ pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.”
Posisi bimbingan yang
termaktub dalam Undang-Undang No.2 di atas diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah (PP). No.28 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27/1990
yang menyatakan bahwa “ Bimbingan merupaakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.”
Penataan bimbingan
terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.84/1993 tentang jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru
adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi
pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut
dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Pada tahun yang sama
keluar juga Surat Keputusan Bersama Mendikbud dengan Kepala BAKN No.0433/P/1993
dan No.26 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, yang tercantum pada Bab III Pasal 4 ayat 1, 2, dan 3 yaitu
sebagai berikut :
a.
Standar Prestasi Kerja Guru Pratama
sampai Guru Dewasa Tingkat I dalam melaksanakan
PMB atau Bimbingan meliputi hal berikut :
1)
Persiapan program pengajaran atau
praktik atau bimbingan dan konseling (BK).
2)
Penyajian program pengajaran atau
praktik atau bimbingan dan konseling.
3)
Evaluasi program pengajaran atau praktik
atau bimbingan dan koseling.
b. Standar
prestasi kerja guru pembina sampai guru utama selain tersebut pada ayat ditambah dengan hal berikut :
1)
Analisis hasil evaluasi pengajaran atau
praktik atau BK.
2)
Penyusunan program perbaikan dan
pengayaan atau tindak lanjut pelaksanaan BK.
3)
Pengembangan profesi dengan angka kredit
sekurang-kurangnya 12.
c.
Khusus standar prestasi kerja guru
kelas, selain tersebut pada ayat (1) atau ayat (2). Sesuain dengan jenjang jabatannya
ditambah melaksanakan program BK dikelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Perkembangan BK di
Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya perubahan nama organisasi
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh
pemikiran bahwa BK harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan
kepercayaan publik.
Berdasarkan penelaahan
yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling
di Indonesia melalui lima periode yaitu : Periode Prawacana, Periode
Pengenalan, Periode Pemasyarakatan, Periode Konsolidasi, dan Periode Tinggal
Landas.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan Karier adalah bantuan layanan yang diberikan kepada
individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan
dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.
Istilah bimbingan karir bermula
dari Isitilah vocational guidanceyang
pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun1908 ketika ia
berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda
dalam memperoleh pekerjaan. Konsep bimbingan di amerika dilatatari oleh
berbagai kondisi objektif, diantaranya: Keadaan ekonomi, kondisi sosial,
Kondisi ideologis, perkembangan ilmu.
Di Indonesia, perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Bimbingan
Konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962.
Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu
terjadinya perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu
penjurusan, yang awalnya dikelas I menjadi di kelas II. Program penjurusan ini
merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa ke jurusan yang
tepat bagi dirinya secara perorangan.
3.2 Saran
Berdasarkan
makalah yang telah kami tuliskan dan sampaikan, maka diharapkan bagi pembaca
semoga isi makalah ini mudah dipahami, dapat berguna dan menambahkan wawasan
yang lebih baik lagi dari makalah yang kami tuliskan. Jika ada kekurangan atau
kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi.
DAFTAR
PUSTAKA
Gibson,
Robert L dan Marrianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Manrihu, Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara.
1992.
Nursalim, Mochamad. Pengembangan
Profesi Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Penerbit Erlangga.
2015). Hlm: 45.
Sukardi, Dewa Ketut. Tes Dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.
Syahada, Roosdi Achmad. Bimbingan dan Konseling dalam
Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:
Rajawali, 1998.
Walgito,
Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.
Winkel. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: PT Grasindo. 1997.
Yusuf,
Syamsul dan Junika Nurihsan. Landasan
Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005.
mantap
BalasHapus