Autumn Falling Leaves

Selamat datang di blog kami!! Semoga bermanfaat.. Jangan lupa Like & Comenntnya yaa.. Terimakasih....

Mengembangkan bidang karir berbasis ICT

BK Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus bersikap terbuka dan mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Karena kesulitan belajar dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.  
Fenomena kesulitan beljar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulian belajar juga dapat dibutikan dengan menculnya kalainan prilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian DKB (Diagnosis Kesulitan Belajar)?
2.      Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran?
3.      Apa macam-macam kesulitan belajar?
4.      Apa penyebab terjadinya kesulitan belajar?

1.3  TujuanPenulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu DKB (Diagnosis Kesulitan Belajar)
2.      Untuk mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui macam-macam kesulitan belajar.
4.      Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya kesulitan belajar?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian DKB (Diagnosis Kesulitan Belajar)
Diagnosis, merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955: 530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai :
1.      Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya.
2.      Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3.      Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi secara sakasama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi, dengan demikian , iQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar
Burton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat dianggapa mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan – tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :
1.      Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.
2.      Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasil yang memuaskan.
3.      Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat pengusaaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.
Dengan mengaitkan kedua pengertian diatas maka kita dapat mendefinisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan – kesulitan belajar dengan menghimpun berbagai informasi lengkap mungkin sehingga mempermudah dalam pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
“Diagnosis Kesulitan Belajar” merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
2.2  Kedudukan Dalam Pembelajaran.
Ketidak berhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya pada satu faktor akan tetapi kepada banyak faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses.
Yang penting dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Bila telah ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada :
v  Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
v  Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahan yang dipelajarinya.
v  Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat siswa yang sifanya individual dan usaha yang dilakukannya.
v  Kualitas pengajaran yang tersedia yang dapat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik individu.
v  Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya.
v  Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya apa cukup dengan mengulang dengan cara yang sama mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial.

2.3  Macam-Macam Kesulitan Belajar.
Ada beberapa macam kesulitan belajar, yaitu:
1.      Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2.      Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
3.      Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4.      Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

2.4  Faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar.
Secara garis besar, ada dua faktor yang menjadi sebab timbulnya kesulitan belajar, yaitu:
1.      Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
2.      Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa sendiri.

A.    Faktor Intern Siswa.
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yaitu:
a)      Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa.
b)      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c)      Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

B.     Faktor Ekstern Siswa.
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
a)      Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b)      Lingkunga perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c)      Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat di pandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
a)      Disleksia, yakni ketidakmampuan belajar membaca.
b)      Disgrafia, yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c)      Diskalkulia, yakni ketidakmampuan belajar matematika.

2.5  Sebab-Sebab Terjadinya Kesulitan Belajar.
A.    FAKTOR FISIOLOGIS.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait  dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan.
Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantusiswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkaitdengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupunpenglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan.
B.     FAKTOR SOSIAL.
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya.
Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati.
Orang tua, guru dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, disamping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.

C.    FAKTOR KEJIWAAN.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.
Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga  menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa selalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.
D.    FAKTOR INTELEKTUAL.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memilikipengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar.
E.     FAKTOR KEPENDIDIKAN.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentudan mereka diharuskan duduk di bangku depan.
Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun merekamembutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya.
Kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalammenangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hariuntuk siswa yang lamban.
Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan olehfaktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagiBapak dan  Ibu Guru.






BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
2.      Kegiatan proses diagnosis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
3.      Secara garis besar, ada dua faktor yang menjadi sebab kesulitan belajar, yaitu:
a.       Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
b.      Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa sendiri.
4.      Beberapa macam kesulitan belajar, yaitu:
a.       Learning disorder (kekacauan belajar).
b.      Learning disfunction .
c.       Underachieve
d.      Slow learner (lambat belajar).
e.       Learning disabilities (ketidakmampuan belajar).

3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang telah kami tuliskan dan sampaikan, maka diharapkan bagi pembaca semoga isi makalah ini mudah dipahami, dapat berguna, dan menambahkan wawasan yang lebih baik lagi dari makalah yang kami tuliskan. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi.

DAFTAR PUSTAKA
http://atalewobunga.blogspot.co.id/2013/12/kedudukan-diagnosis-kesulitan-belajar.html
Http://neyshaafahza.blogspot.co.id/2015/06
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Http://diasdiari.blogspot.co.id/2013/04



Tidak ada komentar:

Posting Komentar