Autumn Falling Leaves

Selamat datang di blog kami!! Semoga bermanfaat.. Jangan lupa Like & Comenntnya yaa.. Terimakasih....

Mengembangkan bidang karir berbasis ICT

Kamis, 25 Mei 2017

Teknik Konseling..

BAB I
PEMBAHASAN
1.1  Refleksi dan Komunikasi Ideal Konselor
A.    Pengertian Refleksi dan Komunikasi
Refleksi merupakan sebuah teknik yang digunakan konselor dalam menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, sikap dan pengalaman konseli terkandung di balik pernyataan konseli (perasaan dalam usaha untuk menciptakan hubungan baik antara konselor dengan klien dan menggali atau memberikan kesempatan kepada klien untuk engeksplorasi diri dan masalahnya). Pemantulam ini merupakan hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non-verbal konseli.
Pada dasarnya refleksi itu adalah suatu jenis teknik konseling yang sangat penting dalam hubungan konseling. Sebab hal itu dapat digunakan dalam menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya kepada klein kembali.
Komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian pesan atau informasi yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha untuk mendapatkan saling pengertian atau proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia.

B.     Teknik Refleksi
Teknik refleksi ada tiga jenis, yaitu:
1.      Refleksi perasaan
Menyangkut komponen afektif dalam pesan konseli. konselor memantulkan kembali kepada konseli perasaan tentang kejadian atau pengalaman yang telah di ungkapkannya secara verbal maupun non-verbal, namun jelas dan eksplisit. Pemantulan perasaan tersebut dirumuskan dalam bentuk Restatement dan parafrase. Pada umumnya paraprase lebih efektif untu di gunakan.
Contoh:
Ki    : “saya sungguh-sungguh jengkel dengan cara seperti itu”
Kr    :“saudara sangat mendongkol ketika mengalami perlakuan yang demikian” (parafrase)
2.      Refleksi pikiran
Menyangkut komponen pengalaman dan komponen refleksif dalam pesan konseli; disebut pikiran-gagasan (ide, pikiran). Peristiwa/kejadian/pengalaman apa yang terjadi, gagasan dari pihak lain selain konseli, atau pendapat/pandangan konseli sendiri terhadap apa yang telah terjadi, yang terungkap secara eksplisit oleh konseli, dirumuskan kembali oleh konselor dalam bentuk:
·         Menggunakan kata-kata sendiri (parafrase)
·         Menggunakan kata-kata konseli (restatement)
Contoh:
Ki:  “saya berharap akan memperoleh sekadar uang dengan bekerja di toko sebagai pelayan.”
Kr:   “saudara mengharapkan mendapat sekadar uang dengan bekerja di toko sebagai pelayan.” (restatement)
Kr:   “saudara ingin memperoleh kesempatan membantu ditoko dan dengan demikian mendapat penghasilan.” (parafrase).
3.      Refleksi pengalaman
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) pengalaman-pengalaman konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal.

C.    . Unsur-unsur komunikasi.
·         Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
·         Komunikan, yaitu orang yang menerima ide, pesan, pernyataan, dll.
·         Pesan, yaitu ide atau keinginan dari komunikator yang didukung oleh lambing.
·         Media, yaitu sarana atau saluran yang menunjang pesan.
·         Efek atau  feedback, yaitu tanggapan dari pihak komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Jenis-jenis feedback:
o   Zero feedback (pesan tidak dimengerti oleh komunikan)
o   Positive feedback (pesan dimengerti oleh komunikan)
o   Neutral feedback (respon yang tidak memihak/tidak mendukung ataupun menentang)
o   Negative feedback (respon yang bersifat merugikan atau menyudutkan komunikator

Langkah-langkah proses komunikasi sebagai berikut.
a)      Komunikator memiliki gagasan atau pesan/informasi yang ingin disampaikan kepada komunikan.
b)      Komunikator membuat/menyusun sandi-sandi (encoding) untuk menyatakan maksud, baik dalam bentuk kata-kata atau lambing-lambang (gambar, warna, bahasa sandi, tulisan, dan lain-lain) sebagai pesan.
c)      Perkataan dan lambang-lambang (pesan) tersebut disalurkan melalui media.
d)     Komunikan menguraikan/menafsirkan pesan (decoding) yang dikirimkan oleh komunikator, sehingga mempunyai makna/arti.
e)      Komunikan memberi tanggapan (feedback) terhadap informasi yang diberikan oleh komunikator, sehingga komunikator dapat menganalisis apakah pesan yang disampaikan sesuai atau tidak dengan apa yang dimaksudkannya, karena dalam proses komunikasi dapat saja terjadi hambatan-hambatan.

Lambang Komunikasi:
Lambang dalam komunikasi adalah huruf atau tanda yang mengandung maksud tertentu yang digunakan dalam berkomunikasi. Guna lambang dalam berkomunikasi adalah sebagai media yang digunakan komunikator untuk mempengaruhi komunikan agar terbentuk pengertian yang sama, sehingga warta/pesan/informasi yang disampaikan oleh komunikator menjadi jelas. Lambang-lambang komunikasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut.
v  Lambang bahasa, yaitu lambang yang menggunakan bahasa, baik dalam komunikasi lisan maupun tertulis.
v  Lambang gerak, yaitu lambang yang menggunakan gerakan anggota badan.
v  Lambang suara, yaitu lambang yang dapat diterima melalui indra pendengaran.
v  Lambang warna, yaitu lambang yang menggunakan warna-warna dalam berkomunikasi.
v  Lambang gambar, yaitu lambang yang menggunakan gambar, poster iklan, dan lain-lain.

1.2  Teknik-Teknik Komunikasi Dalam Konseling
1)      Attending ( Perhatian )
Attending adalah ketrampilan/ teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan/ mengungkapkan pikiran , perasaan ataupun tingkah lakunya.Ketrampilan attending meliputi :
a.       Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan Yang baik dalam attending mencakup :
·         Duduk dengan badan menghadap klien
·         Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang diGunakan untuk menunjukan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal
·         Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum Spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman Dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
·         Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearahklien untuk Menunjukan kebersamaan dengan klien.
b.      Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia ber-Bicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau Dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan Minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.

2)      Opening (pembukaan)
Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilakan konseli untuk mulai menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan. Konselor dapat berkata: “apa yang ingin saudara bicarakan sekarang?”; “saya dapat membantu dalam hal apa?’; bagaimana saya dapat membantu anda?; “coba jelaskan apa yang memberatkan hatimu; “kiranya ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan saya”; “kelihatannya ada hal yang membebani pikiranmu; dan sebagainya.

3)      Acceptance (penerimaan)
Konselor menyatakan pengertian terhadap hal yang terungkapkan, misalnya dengan mengatakan: ”saya mengerti”; “ya ya....” atau dengan bergumam: “hm, hm...”. sekaligus konseli di persilakan untuk meneruskan berbicara. Dengan ungkapan-ungkapan tersebut konselor tidak bermaksud menyatakan bahwa ia setuju.

4)      Restatement (pengulangan)
Konselor mengulangi satu atau dua kata kunci dalam pernyataan konseli dalam bentuk kalimat tanya, dengan tujuan supaya konseli memberikan penjelasan lebih lanjut. Konselor dapat memilih kata-kata yang lebih mengungkapkan pikiran atau gagasan, atau yang lebih mengungkapkan perasaan.
Contoh:
Ki: ”saya merasa terlalu bingung untuk menentukan apakah lebih baik melanjutkan hubungan ini atau saja.”
Kr: “terlalu bingung?” (accent pada ungkapan perasaan)
Atau
Ki: ” Sebetulnya saya ingin masuk jurusan teknik industri, tetapiibu tidak Setuju bila saya memasuki jurusan tersebut.”
Kr : ” Ibu tidak setuju ..”

5)      Reflection Of Feeling ( Pemantulan perasaan )
Reflection of feeling ( pemantulan perasaan ) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandungdi balik pernyataan klien.
Contoh
Ki : “ Pak, saya sudah belajar dengan giat sebelum menghadapiujian, tetapi nilai yang saya terima jauh di bawah yangsaya harapkan “.
Kr : “ Sepertinya Anda merasa kecewa terhadap nilai ujian yang anda terima “

6)      Paraprashing
Paraprashing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali asensi dari ucapan-ucapan klien.
Contoh:
Ki: ”Dia tidak mengijinkan saya melamar pekerjaan itu, saya menginginkan pekerjaan itu, tetapi dia menggagalkan-nya, sebenarnya dia hanya tidak membiarkan saya meninggalkan kota ini”.
Pesan utama : pada kalimat terakhir, yaitu ia takut berpisah. Paraprase-nya : Apakah anda merasakan bahwa ia sebenarnya takut berpisah dengan anda?.

7)      Pemberian Structuring.
konselor memberikan petunjuk tentang urutan langkah berpikir atau urutan langkah berpikir atau urutan tahap dalam pembicaraan yang sebaiknya diikuti, supaya akhirnya sampai pada pemecahan /penyelesaian masalah.
Contoh:
Kr: “nah, sekarang kiat telah sampai pada gambaran yang jelas tentang masalahmu. Selanjutnya kita melihat sasaran apa yang ingin kau capai.”
Kr: “bagaimana anda membayangkan pelaksanaan dari rencanamu itu?”
Kr: “kiranya ada baiknya kita kembali ke suatu hal yang anda katakan tadi, yaitu..?”



8)      General Lead
Konselor mempersilakan konseli untuk memberikan ulasan/penjelasan lebih lanjut mengenai sesuatu yang telah dikemukakannya; isi ulasan/penjelasan dan arahnya kemana terserah kepada konseli. Kalau konselor menggunakan bentuk kalimat tanya.
Contoh:
“coba saudara jelaskan lebih lanjut mengenai diri saudara sendiri”; mengenai yang saudara sebut paling akhir tadi, apakah saudara dapat memberikan penjelasan lebih lanjut?; “lalu, bagaimana?”; “bagaimana maksud anda”; “dan...?”; “maka...?”; “tetapi...”; “coba, lanjutkan.”
     Teknik ini dapat digunakan dalam beberapa fase selama proses konseling. Paling sering akan digunakan selama fase konseli mengutarakan masalahnya dan selama fase menggali latar belakang masalah, tetapi masih dapat digunakan juga dalam fase memikirkan penyelesaian.

9)      Ringkasan/Rangkuman (Summary)
Secara singkat dan dalam garis besar, konselor merumuskan apa yang telah dikatakan. Terdapat 4 kemungkinan berikut ini:
a)      Pikiran dan gagasan yang telah dikemukakan oleh konseli sampai sekarang.
b)      Sejumlah perasaan yang telah diungkapkan oleh konseli sampai sekarang.
c)      Isi pembicaraan antara konseli dan konselor sampai sekarang.
d)     Isi pembicaraan selama wawancara (ringkasan pada akhir wawancara)
Akan baik juga jika konseli sendiri membuat ringkasan pada akhir wawancara; dengan demikian konselor mendapat umpan balik (feedback). Bila konselor sendiri memberikan ringkasan, dia dapat minta umpan balik, misalnya “demikian?”; “begitu?”.
10)  Konfrontasi
Konselor mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang menurut pandangan konselor tidak sesuai satu sama lain. Ketidaksesuaikan atau ketidakcocokan terdapat diantara dua hal yang telah dikatakan konseli, atau di antara ungkapan verbal dan non-verbal konseli, atau di antara kata-kata dan tindakan konseli. Penggunaan teknik ini pun menuntut kebijaksanaan, baik dalam cara merumuskan maupun dalam memilih saat yang tepat.
Contoh;
*      Kontradiksi antara ungkapan verbal dan non-verbal:
Kr : “bagaimana keadaanmu sekarang?”
Ki : “baik-baik saja... semua beres... tidak ada halangan apa-apa.? (berbicara sangat lambat, dengan nada suara rendah, bermuka suram, tunduk kepala)
Kr : “maaf ya, saudara berkata: ‘semua baik’, tetapi cara saudara berbicara mencerminkan rasa sedih. Ini kiranya bagaimana?”
*      Ketidakcocokan antara kata-kata dan tindakan konseli:
Kr : “anda tadi berkata ‘tidak suka bertele-tele’; tetapi, maaf ya, selama pembicaraan ini anda terus bicara secara bertele-tele. Ini kiranya bagaimana?”
*      Pertentangan antara dua hal yang dikatakan oleh konseli:
Kr : “tadi kamu berkata beberapa kali, bahwa sewaktu dirawat dirumah sakin ingin segera pulang. Sekarang ini kamu menyatakan kesegananuntuk berkumpul dengan keluarga dan ingin tinggal di tempat lain. Apakah disini tidak terdapat sesuatu yang ganjil??”

11)  Interpretasi
Pada teknik interpretasi konselor menambahkan sesuatu pada hal-hal yang sudah terungkap dan yang belum disadari oleh konseli. Konselor menggali arti dan makna yang terdapat di belakang kata-kata konseli atau di belakang tindakan-tindakannya yang telah diceritakannya.
Pemberian interpretasi dapat membantu konseli untuk lebih memahami sendiri, klau konseli bersedia mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka. Interprestasi harus diberikan dengan cara yang bijaksana dan pada saat yang tepat, bila konselor cukup yakin interpretasinya akan diterima dengan baik. Sebaiknya konselor mengemukakan lebih dahulu kata-kata atau tindakan konseli yang melandasi pemberian interpretasi, baru kemudian menawarkan interpretasinya sebagai kemungkinan dengan disertai permintaan umpan balik.
Contoh:
Kr : “anda mengatakan tadi bahwa anda merasa malu berbadan gemuk. Anda juga mengatakan di lain saat, bahwa anda kerap berkata-kata kasar terhadap teman-teman dan membeberkan kepada mereka kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Apakah mungkin semua itu hanyalah merupakan siasat yang anda gunakan untuk menutupi rasa malu itu? Bagaimana pendapat anda?”

12)  Termination ( Pengakhiran )
Termination adalah ketrampilan/teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah ”breakhir’
Contoh:
Kr : ”Baik, sekarang waktu telah menunjukan pukul 10.00 sesuai kesepakatan kita diawal pertemuan tadi bahwa pertemuan ini hanya sampai pukul 10.00, maka marilah kita akhiri pertemuan ini dan dapat kita lanjutkan minggu depan”.


BAB IV
PENUTUP
2.1  Kesimpulan
1.      Refleksi merupakan sebuah teknik yang digunakan konselor dalam menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, sikap dan pengalaman.
2.      Komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian pesan atau informasi yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain.
3.      Teknik-teknik refleksi ada 3 jenis, yaitu:
a)      Refleksi perasaan.
b)      Refleksi pikiran.
c)      Refleksi pengalaman.
4.      Unsu-unsur komunikasi:
a)      Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
b)      Komunikan, yaitu orang yang menerima ide, pesan, pernyataan, dll.
c)      Pesan, yaitu ide atau keinginan dari komunikator yang didukung oleh lambing.
d)     Media, yaitu sarana atau saluran yang menunjang pesan.
e)      Efek atau  feedback, yaitu tanggapan dari pihak komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
5.      Lambang-lambang komunikasi sebagai berikut.
a)      Lambang bahasa
b)      Lambang gerak
c)      Lambang suara
d)     Lambang warna
e)      Lambang gambar
6.      Teknik-teknik komunikasi dalam konseling.
a)      Attending ( Perhatian )
b)      Opening (pembukaan)
c)      Acceptance (penerimaan)
d)     Restatement (pengulangan)
e)      Reflection Of Feeling ( Pemantulan perasaan )
f)       Paraprashing
g)      Pemberian Structuring.
h)      General Lead
i)        Ringkasan/Rangkuman (Summary)
j)        Konfrontasi
k)      Interpretasi
l)        Termination ( Pengakhiran )

2.2  Saran
Berdasarkan makalah yang telah kami tuliskan dan sampaikan, maka diharapkan bagi pembaca semoga isi makalah ini mudah dipahami, dapat berguna, dan menambahkan wawasan yang lebih baik lagi dari makalah yang kami tuliskan. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi.


DAFTAR PUSTAKA
Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar