Autumn Falling Leaves

Selamat datang di blog kami!! Semoga bermanfaat.. Jangan lupa Like & Comenntnya yaa.. Terimakasih....

Mengembangkan bidang karir berbasis ICT

Psikologi Kepribadian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit. Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan psikologi analitis.
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).
Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Sama halnya dengan Adler, Jung semula juga merupakan sahabat Freud dan termasuk tokoh terkemuka dalam organisasai psikoanalisis. Dan kerana perbedaan pendapat pula keduanya lalu berpisah. Jung kemudian mengembangkan aliran psikologi yang dia beri nama Psikologi Analistis.
Psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
1.2  Rumusan Masalah.
1.2.1   Struktur kepribadian dari Sigmud Freud.
1.2.2   Struktur kepribadian dari Alferd Adler.
1.2.3   Struktur kepribadian dari Carl Gustav Jung.
1.2.4   Struktur kepribadian dari Abraham Maslow.
1.2.5   Struktur kepribadian dari B.F Skinner.

1.3  TujuanPenulisan
Untuk mengetahui struktur kepribadian dari teori yang telah dikembangkan oleh Sigmud Freud, Alferd Adler, Carl Gustav Jung, Abraham Maslow,B.F Skinner.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Psikoanalisis (Sigmud Freud 1856-1939).
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

2.1.1   Struktur Kepribadian.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious).
Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan yang sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkaitdengan trauma.[1]
Menurut freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
A.    Das Es (the id), yaitu aspek biologis.
B.     Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis.
C.     Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.[2]
Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, berikut ini penjelasan dari ketiga aspek tersebut:
A.    Das Es (the id).
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure principle diproses dengan dua cara :
1.      Tindak Refleks (Refleks Actions).
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.
2.      Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-benar salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego.
B.     Das Ich (the ego).
Ego pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s. Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
C.     Das Ueber Ich (the super ego).
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting – superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience) dan ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Adapun fungsi pokok das Ueber Ich itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:
1.      Merintangi impuls-impuls das Es, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
2.      Mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada yang realistis.
3.      Mengejar kesempurnaan.
2.1.2   Dinamika Kepribadian.
Freud menamakan energi dalam bidang psike ini energi psikis (phychic energy). Menurut hukum penyimpana tenaga (conservation of energy) maka energi dapat berpindah dari satu tempat kelain tempat, tetapi tak hilang. Berdasar padakan pada pemikiran itu freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan sebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah das Es dengan insting-instingnya.[3]
A.    Insting Sebagai Energi Psikis.
Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:
1.      Sumber insting yaitu kondisi jasmaniah jadi kebutuhan.
2.      Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan makan, dengan cara makan.
3.      Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan makanan itu.
4.      Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak insting makannya makin besar.[4]

B.     Jenis-Jenis Insting.
1.      Insting Hidup (Life Instinct).
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
2.      Insting Mati (Death Instinct).
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.
C.     Kecemasan.
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral.
1.      Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety).
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
2.      Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety).
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
3.      Kecemasan Moral (Moral Anxiety).
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.

2.1.3   Perkembangan Kepribadian.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual.
Pemberian nama fase-fase perkembangan infantile sesuai dengan bagian tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Tahap perkembangan psikoseksual itu adalah
A.    Fase Oral berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan menggigit.
B.     Tahap Anal yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah aktifitas yang paling dinikmati.
C.     Tahap Phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya adalah masturbasi.
D.    Tahap Laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas (sekitar 12 tahun). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar.
E.     Tahap Genital dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual. Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan kecenderungan-kecenderungan seksual yang kita anggap biasa saat ini, tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.[5]

2.2  Psikologi Analitis (Carl Gaurav Jung) 1875-1959).
2.2.1   Struktur Psyche atau Kepribadian.
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam :
a.       alam sadar : penyesuaian terhadap dunia luar.
b.      alam tak sadar : penyesuaian terhadap dunia dalam.
Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Batas antara kedua alam itu tidak tetap, dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja daripada alam kejiwaan.[6]
A.    Struktur Kesadaran.
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
1.      Fungsi Jiwa.
Jung berpendapat bahwa fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irrasional, yaitu pendiriaan dan intuisi.
Fungsi Jiwa
Sifatnya
Cara Bekerjanya
Pikiran
Rasional
Dengan prnilaiaan: benar-salah
Perasaan
Rasional
Dengan penilaiaan: senang-tak senang
Pendriaan
Irrasional
Tanpa penilaiaan: sadar-indriah
Intuisi
Irrasional
Tanpa penilaian: tak sadar-naluriah.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang. Fungsi yang paling berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe orangnya. Jadi ada tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendria, dan tipe intuisi. Keempat fungsi itu berpasangan, bila sesuatu fungsi menjadi superior yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasngannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran.
Sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tak sadar. Selanjutnya fungsi-fungsi yang berpasang-pasangan itu berhubungan secara kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besarlah kebutuhan fungsi inferior akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap keseimbangan jiwayang dapat menjelma dalam tindakan-tindakan yanng tak terkendalikan, makin besar tanggungan dalam jiwa.
Karena itu tujuan yang ideal daripada perkembangan kepribadian ialah membawa keempat fungsi pokok itu dalam sinar kesadaran, sehingga tercapailah manusia bulat, yaitu manusia “sempurna”.
2.      Sikap Jiwa.
Sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat keluar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadapdunianya, dapat keluar ataupun ke dalam. Berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
a.       Manusia-manusia yang bertipe ekstravers.
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahay bagi tipe ekstravers ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.
b.      Manusia-manusia yang bertipe introvers.
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvers ini ialah apabila jarak dengan dunia obyektif  terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya. Antara ekstravers dan introvers itu terdapat hubungan yang kompensatoris.
3.      Tipologi Jung.
Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers.
Sikap Jiwa
Fungsi Jiwa
Tipe
Ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir ekstravers
Perasa ekstravers
Pendria ekstravers
Intuitif ekstravers
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendria introvers
Introvers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir introvers
Perasa introvers
Pendria introvers
Intuitif introvers
Perasa ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitif ekstravers
Pendria ekstravers

4.      Persona.
Menurut Jung persona adalah cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar. Jung sendiri memberi batasan persona sebagai “kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas.” Persona itu merupakan kompromiantar individu dan masyarakat, antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana seharusnya orang berbuat.
Apabila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan selubung yang elastis, yang dengan lancar dapat dipergunakan. Akan tetapi kalau penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku beku untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan. Misalnya seorang kepala kantor yang sebenarnya kurang mampu mengatur bawahannya di mana-mana berlagak “sok pembesar” untuk menutupi kelemahannya tersebut, sehingga tingkah lakunya menjadi stereotipis dan banyak sekali tak sesuai dengan keadaan.
B.     Struktur Ketidaksadaran.
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif,
1.      Ketidaksadaran Pribadi.
Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya. Ini meliputi hal-hal yang terdesak atau tertekan dan hal-hal yang terlupakan serta hal-hal yang teramati, terpikir dan terasa di bawah ambang kesadaran.
2.      Ketidaksadaran Kolektif.
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu perumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu. Ini merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahay, perjuangan, kelahian, kematian dan sebagainya. Daerah yang paling atas langsung langsung di bawah ketidaksadaran pribadi berisikan emosi-emosidan afek-afek serta dorongan-dorongan primitif. Daerah di bawahnya lagi berisikan “invasi”, yaitu erupsi dari bagian terdalam daripada ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tak dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal-hal ini dialami oleh individu sebagai sesuatu yang asing.
Pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk  symptom dan kompleks, mimpi, archetypus. Berikut penjelasannya:
a.       Symptom dan Kompleks
Symptom dan Kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan” daripada jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tak sadar.
b.      Mimpi, fantasi, khayalan
Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia sang malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam mimpi soal-soal sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Bagi Jung mimpi itu mempunyai fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik.
Disamping mimpi Jung juga mengemukakan pula fantasi (phantasie) dan khayalan (vision) sebagai bentuk manifestasi ketidaksadaran. Kedua hal ini bersangkutan dengan mimpi, dan timbul pada waktu taraf kesadaran merendah, variasinya boleh dikata tak terhingga, dari mimpi siang hari serta impian tentang keinginan-keinginan sampai pada khayalan khusus orang-orang yang dalam keadaan ekstase.
c.       Archetypus
Istilah archetypus ini diambil Jung dari Augustinus merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran. Archetypus-archetypus itu dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia jadi tak tergantung kepada manusia perseorangan. Archetypus merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia.

2.2.2   Perkembangan Psyche atau Kepribadian.
Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat itu. 
A.    Jung Menjangkau ke Belakang dan ke Depan.
Freud adalah ahli yang menekankan masa lampau atau kausalitas, sedangkan Adler adalah ahli yang berpandangan teleologis, yang menekankan peranan masa depan dengan segala cita-citanya dalam teori kepribadiannya. Jung berpendapat bahwa kedua pandangan itu kedua-duanya harus diambil, kualitas dan teleologi kedua-duanya penting dalam psikologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), tidak pula hanya ditentukan oleh masa datang (teleologi), tetapi oleh kedua-duanya.
B.     Jalan Perkembangan : Progresi dan Regresi.
Di dalam prosesperkembangan dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Jung berpendapat bahwa progresi adalah aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan, baik terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progresi normal, kekuatan-kekuatan penghalang dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses-proses kejiwaan. 
C.     Pemindahan Energi Psikis : Sublimasi dan Represi.
Energi psikis itu dapat ditransfer dari satu aspek ke lain aspek. Transfer ini berlangsung atas dasar prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu ekuivalens dan entropi. Transfer yang progresi disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses-proses yang lebih primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses-proses yang lebih bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya. Jadi pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Sublimasi itu progresif, menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedangkan represi itu adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan irrasionalitas.
D.    Jalan Kesempurnaan: Proses Individuasi.
Menurut Jung perkembangan adalah semacam pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya diferensiasi dan tujuan. Peoses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri disebut Jung proses iindividuasi.
2.3  Psikologi Individual (Alfred Adler 1870-1937).
2.3.1   Struktur Kepribadian.
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Misalnya manusia yang lebih lemah akan berjuang untuk menjadi lebih kuat.
Sedangkan superioritas bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan mencoba untuk menjadi lebih baik, semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
2.3.2   Perkembangan Kepribadian.
A.    Inferiority Feelings.
Adler percaya bahwa inferiority feelings selalu ada dalam diri manusia sebagai motivasi. Karena kondisi ini umum adanya pada diri kita, bukan sebagai suatu kelemahan atau tidak normal. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai kelemahan organis. Menurut Adler, kelemahan inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kompensasi, yaitu suatu usaha manusia untuk menutupi kelemahannya. Mekanisme kompensasi inilah yang mendasari  tingkah laku manusia.
Prosesnya bermulai sejak masa bayi. Bayi sangat kecil dan sangat bergantung dengan orang dewasa disekitarnya. Mereka menyadari akan kekuatan dari orang tua mereka sehingga mereka mengembangkan inferiority feelings mereka kepada orang-orang dewasa disekitarnya. Inferiority feelings ini mutlak adanya dan diperlukan karena ini menuntut bayi bertahan hidup dan bertumbuh.
B.     Birth Order.
Adler menyatakan bahwa urutan kelahiran adalah pengaruh sosial yang utama ketika masa kanak-kanak. Meskipun memiliki hubungan saudara, berasal dari orang tua yang sama dan tinggal di rumah yang sama, mereka tidak memiliki lingkungan sosial yang sama. Adler menuliskan empat situasi yaitu anak pertama (the first-born child), anak kedua (the  second-born child), anak paling muda (the youngest child) dan anak tunggal (the only child).
Ciri Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Anak Sulung
Anak Kedua
Anak Bungsu
Anak Tunggal
Situasi Dasar
Menerima perhatian tidak terpecah dari orang tua.

Turun tahta akibat kelahiran adik, dan harus berbagi perhatian
Memiliki model atau perintis, yakni kakaknya.

Harus berbagi perhatian sejak awal
Memiliki banyak model, menerima banyak perhatian, walaupun berbagi, tidak berybah sejak awal.

Sering dimanja
Menerima perhatian tidak terpecah dari orang tua

Cenderung cukup dengan orang tuanya
Sering dimanja
Dampak Positif
Bertanggung jawab, melindungi dan memperhatikan orang lain.
Organisator yang baik
Motivasi tinggi.
Memiliki interes social.
Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya.
Kompetisi yang sehat.
Sering mengungguli semua saudaranya.
Ambisius yang realistic.
Masak social
Dampak Negatif
Merasa tidak aman, takut tiba-tiba kehilangan nasib baik.
Pemarah, pesimistik, konservatif, perhatian pada aturan dan hukum.
Berjuang untuk diterima.
Tidak kooperatif,m senang mengkritik orang lain.
Pemberontak dan pengiri permanan, Cenderung berusaha mengalahkan orang lain ,
Kompetitif berlebihan
Mudah kecil hati,
Sukar berperan sebagai pengikut,
Merasa inferior dengan siapa saja,
Tergantung keepada orang lain,
Ambisi yang tidak realistic
Gaya hidup manja
Ingin menjadfi pusat perhatian,
Takut bersaing dengan orang lain,
Merasa dirinya benar dan setiap tantangan harus disalahkan,
Perasaan kejasama rendah,
Gaya hidup manja

2.4  Teori Humanistik (Abraham Maslow).
Teori Maslow pada dasarnya teori Humanistik, tetapi bisa disebut sebagai psikologi transpersonal. Maslow menyebut teorinya sendiri sebagai teori holistic dinamis, yang artinya diri seseorang akan terus menerus bergerak dan termotivasi untuk menuju aktualisasi diri. Teori Maslow sangat dipengaruhi oleh motivasi, yaitu apa penyebab tingkah laku seseorang.
2.4.1   Struktur Kepribadian.
Struktur kepribadian Maslow disebut juga jenjang kebutuhan atau hierarki kebutuhan, ialah ada lima macam, yaitu sebagai berikut:
A.    Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (physiological needs).
Adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan-kebutuhan itu antara lain : kebutuhan akan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks, dan kebutuhan akan stimulus sensorik.karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu.
B.     Kebutuhan akan rasa aman (need for self-security).
Apabila kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka kebutuhan yang muncul selanjutnya adalah kebutuhan akan rasa aman. Yaitu sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkunganya. Seperti perlingdungan akan sesuatu yang mengancam (perang, terorisme, penyakit, dan lain-lain). Ketika mereka tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini, maka mereka akan mengalami kecemasan dasar (basic anxiety).
C.     Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness).
Adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok masyarakat. Kebutuhan ini sangat penting untuk dipenuhi sejak kecil sebagai proses pembentukan rasa cinta atau kasih sayang pada setiap individu.
Malsow menegaskan bahwa cinta yang matang menunjuk kepada hubungan cinta yang sehat di antara dua orang tau lebih, yang di dalamnya terdapat sikap saling percaya dan saling menghargai. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai.
D.    Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem).
Maslow membagi kebutuhan ini ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain.
Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya. 

E.     Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization)
Dalam teori Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri inilah kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini akan muncul ketika kebutuhan-kebutan yang lain sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Misalnya seseorang yang berbakat musik menciptakan komposisi musik, seorang yang memiliki potensi intelektual menjadi ilmuan, dan seterusnya.
Maslow mencatat bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya beruapa penciptaan kreasi atau karya-karya berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan-kemampuan khususu. Orang tua, mahasiswa, dosen, sekretaris, petani, dan buruh pun bisa mengaktualisasi dirinya, yakni dengan jalan membuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing.[7]
2.5  Orientasi Behavioristik (B.F Skinner).
2.5.1   Struktur Kepribadian.
Skinner tidak tertarik dengan variable structural dari kepribadian. Mnurutnya, mungkin dapat diperoleh illusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor yang tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan mengubah lingkungan. Sedangkankan unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu:
a.       Tingkah laku responden (respondent behavior), adalah respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu.
b.      Tingkah laku operan (operant behavior), adalah respon yang dimunculkan (emittes) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu.
Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keringan munculnya. Dan itu bukan karena kekuatan dari dalam diri individu atau motivasi. Menurut Skinner variasi kekuatan tingkah laku tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
2.5.2   Dinamika Kepribadian.
A.    Kepribadian dan belajar.
Kepedulian utama Skinner berkenaan dengan kepribadian adalah mengenai perubahan tingkah laku. Hakikat toeri Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst. Psikologi Kepribadian.
Menurut Skinner kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) . Dalam teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk tingkah laku. Menurut Skinner, ada dua macam penguatan:
a.       Reinforcement positif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperkuat atau sering dilakukan.
b.      Reinforcement negatif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperlemah atau tidak diulangi lagi.

B.     Pembentukan perilaku dan perilaku berantai.
Dalam melatih suatu perilaku., Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling kompleks. Menurut Skinner terdapat 2 unsur dalam pengertian shaping, yaitu:
1.      Adanya penguatan secara berbeda-beda (diffrential reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada yang tidak diberi penguatan.
2.      Upaya mendekat terus-menerus (successive approximation) yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu Das Es (the id), yaitu aspek biologis, Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis, Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Struktur Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, Struktur Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif.
Menurut Adler, Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior.
Struktur kepribadian Maslow disebut juga jenjang kebutuhan atau hierarki kebutuhan, ialah ada lima macam, yaitu Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (physiological needs), Kebutuhan akan rasa aman (need for self-security), Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem), Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization).
Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu, tingkah laku responden (respondent behavior), tingkah laku operan (operant behavior).

3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang telah kami tuliskan dan sampaikan, maka diharapkan bagi pembaca semoga isi makalah ini mudah dipahami, dapat berguna, dan menambahkan wawasan yang lebih baik lagi dari makalah yang kami tuliskan. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi.


DAFTAR PUSTAKA


Boeree, George. 2000. Personality Theories. Jogjakarta.

Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT.Eresco.

Suryabrata, Sumadi. 2015. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.



[1] George Boeree. Personality Theories. (Jogjakarta. 2000).  Hlm:l36
[2] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2015) hlm:125-128
[3] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2015) hlm:128-129.
[4] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2015) hlm:130.
[5] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2015) hlm:149.
[6] Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2015) hlm:1155-168.
[7] E. Koeswara. Teori-teori Kepribadian.  (Bandung : PT.Eresco. 1991). Hlm:119-126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar