Autumn Falling Leaves

Selamat datang di blog kami!! Semoga bermanfaat.. Jangan lupa Like & Comenntnya yaa.. Terimakasih....

Mengembangkan bidang karir berbasis ICT

Jumat, 22 September 2017

Sejarah BK Karir di Dunia dan Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dengan munculnya berbagai teknologi yang canggih, belum lagi dengan adanya berbagai macam pekerjaan yang sadar tidak disadari ini menjadi sebuah tantangan hidup sebuah insan di dunia yang memerlukan pemahaman dan kesadaran akan adanya hal tersebut. Dengan ini perlu adanya sebuah pemahaman, pengarahan dan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat atau pun peserta didik yang harus dilakukan oleh seorang guru karena betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman dan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan disekitar lingkungan peserta didik yang nantinya akan memicu pada sebuah karir yang paling tidak menjadi sebuah cita dari peserta didik. Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari bimbingan karir yang kemudian dapat dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya hal tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Pengertian bimbingan karir?
2.      Bagaimana sejarah bimbingan karir di dunia?
3.      Bagaimana perkembangan bimbingan karir di indonesia?

1.3  TujuanPenulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan karir.
2.      Agar dapat mengatahui sejarah bimbingan karir di dunia.
3.      Agar dapat memahami perkembangan bimbingan karir indonesia.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Bimbingan Karir
Istilah “konseling karir” mengaju pada konseling bilamana klien atau konseling mengekspresikan perhatian atau minatnya dalam memperbincangkan tentang masa depan kariernya. Karena “karir” adalah suatu istilah yang mempunyai pengertian yang cukup luas, pembanasan dapat menjangkau mulai dari rencana pendidikan sampai pada pemilihan jabatan, gaya hidup, rencana kawin, pekerjaan paruh waktu.
Bimbingan karir di defenisikan sebagai aktivitas-aktivitas dan program program yang membantu individu mengasimilasikan dan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi-apresiasi yang berkaitan dengan :
a.       Pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan ciri-ciri dan persepsi-persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.
b.      Pemahaman/pengenalan terhadap kerja masyarakat dan factor-faktor  yang mempengaruhi perubahannya, termasuk sikap-sikap dan di siplin kerja.
c.       Kesadaran atas waktu luang yang bias berperanan dalam kehidupan seseorang.
d.      Pemahaman akan perlunya dan banyaknya factor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan karir.
e.       Pemahaman terhadap informasi dan pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
f.       Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan keputusan karier
Definisi dari NVGA, diambil dari super (1951), adalah sebagai “proses membantu seseorang mengembangkan dan menerima gambaran diri yang terintegrasi dan adekuat dan peranannya dalam dunia kerja, mengentas konsepnya dalam realitas, dan mengkoversikannya ke dalam realitas, dengan kepuasan bagi dirinya dan keuntungan bagi masyarakat”(sears, 1982).
Menurut Miller Bimbingan didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu dalam mencapai pemahaman dan pengarahan diri (Guidance is the proces of helping individualis achieve the selfunderstanding and self and direction) sedangkan karier diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja.
Sedangkan Sukardi mendefinisikan Bimbingan Karier adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.

2.2  Sejarah BK Karier di Dunia
Kegiatan bimbingan karir bermula dari bimbingan jabatan yang mulai dipergunaan frank person pada tahun 1908. Beliau membentuk suatu lembaga yang bertujuan membantu anak-anak muda untuk memperoleh pekerjaan. Pada saat itu, bimbingan karir dipandang sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara mencocokkan ciri-ciri dan faktor individu dengan ciri-ciri dan faktor pekerjaan yang ada di lingkungannya. Pada awalanya penggunaan istilah vocational huidance lebih merujuk pada usahamembantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Selama ini frank person dikenal sebagai tokoh dalam merintis bimbingan karir, sejak 1000 tahun sebelum beliau mengemukakan gagasannya itu, sebelumnya telah ditemukan di basrah bahwa ada tokoh-tokoh islam klasik yang merintis kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan 3 variabel dalam pengambilan keputusan karir. Oleh karena itu praktik-praktik cara mencocokkan ciri-ciri individu dengan ciri pekerjaan telah berlangsung sejak lama, namun kala itu belum disebut sebagai bimbingan karir.

Konsep bimbingan yang bermula di Amerika serikat ini dilatari oleh berbagai kondisi objektif pada waktu itu diantaranya :
a.    Keadaan ekonomi.
b.    Keadaan sosial, seperti urbanisasi.
c.    Kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         meningkatkan kemampuan diri dan statusnya.
d.   Perkembangan ilmu, khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimental,
Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan vocationl guidance yang kemudiaan tersebar keseluruh negara, termasuk ke indonesia.
Selanjutnya, perkembangan penggunaan bimbingan karir, seperti pada tahun 1911 dibentuk biro jabatan dengan editor-editor Frederick J. Alien yang menerbitkan Vocational Guidance News Letter sebagai jurnal pertama yang kemudian berganti menjadi Vocational Guidance Magazine, kemudian Occpation Guidance, dan di olah lagi menjadi Personal and Guidance Journal.
Pada tahun 1913, fledgling guidance movement yang berarti gerakan bimbingan anak muda yang berpengalaman dalam bekerja diwadahi dengan organisasi yang bernama National Vocational Guidance Association dengan menerbitkan jurnal pertamanya yang dikenal dengan nama Vocational Guidance. Enam puluh tahun kemudian ciri kegiatan yang sama dengan tersebut bermunculan dengan dipertegas dengan nama career education and guidance movement sehingga untuk membedakan dengan gerakan sebelumnya yaitu vocational guidance.
Pada tahun 1920-an beberapa SMA melihat keberhasilan gerakan bimbingan yang menggunakan tes standar untuk bidang kerja yang cocok bagi mereka nantinya. Pada tahun 1925, Harry D. Kitson seorang pionir dalam latihan konselor vokasional, mula-mula di Indiana University, kemudian berkembang ke Teachers College dan Columbia University sehingga menerbitkan buku yang berjudul The Psychology of Vocational Adjustment dimana memandang bimbingan dan konseling karir itu suatu bidang khusus yang harus diajarkan oleh para profesional terlatih dan dilakukan juga oleh para profesional terlatih pula.
Bahkan muncul konsep magang sejak dekade 1930-an yang kemudian secara antusias sekolah mengadopsi sistem tersebut yang menjelaskan konseling itu sangat dibutuhkan. Pada masa ini istilah konseling belum terlalu dikenal yang sama labelnya dengan bimbingan yang memberikan bantuan tentang jenjang pendidikan dan pilihan karir mana yang terbaik buat mereka per individu.
Pada tahun 1931, The Minnesota Employment Stabilization Research Institute  dibawah pimpinan Dolald G. Paterson dan rekan-rekannya dari University of Minnesota meneliti faktor psikologis dalam pekerjaan dan pengangguran yang berkesimpulan pada prinsipnya teknik layanan bimbingan dan seleksi karyawan harus lebih baik sehingga membantu menyehatkan dunia usaha dan membina tenaga kerja agar lebih stabil lagi.
Di akhir 1950-an dan 1960-an, dengan lahirnya national defense Education Act tahun 1958, penempatan dan tindak lanjut juga menjadi aktivitas yang signifikan bagi fase bimbingan karier disekolah-sekolah dan lembaga-lembaga AS. Pada tahun 1951, Donald E. Super meluncurkan The Career Patters Study yang menjelaskan pembebasan bimbingan dan konseling karir dari konsep pengambilan keputusan yang statik dan single choiche at a point in time yang menempatkan studi perilaku karir dalam konteks perkembangan manusia.
Pada masa ini dikenal dengan National Defense Education Act yaitu September 1958 dimana merupakan satu tonggak penting dalam pendidikan di Amerika karena monumen kesuksesan gerakan bimbingan demi memaksimalkan fungsi pendidikan dan proses dalam bimbingan tersebut.  Di tahun 1960-an, terbit Statement of Policy for Secondary School Counselors dari Asosiasi Konselor Sekolah dimana tidak cukup memahami dinamika anak muda saja tetapi bagaimana semua generasi dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan cepat teknologi dan sistem dunia.
Pada tahun 1964, terbitlah publikasi The National Vocational Guidance Association yang berjudul Man in a World at Work yang disunting oleh Henry Borow yang menggambarkan dimulainya membangun kembali bimbingan dan konseling karir yang telah ketinggalan jauh dari psikologi vokasional sejak tahun 1950-an. Pada tahun 1966, beberapa konselor karir yang berorientasi behavioral menggemborkan katakan “revolusi dalam konseling”. Tokohnua Krumblotz mencoba teknik baru dalam pengambilan keputusan karir, termasuk counselor modelling, goal setting, dan reinforcement.
Namun di tahun 1971 Departemen Pendidikan AS, lewat komisioner pendidikan saat itu, Sidney P.Marland Jr., mengalokasikan labih dari $9 juta dana untuk riset dan proyek pengembangan yang berfokus kepada penetapan model pendidikan karier yang komprehensif. Melalui undang-undang ini, konsep pendidikan karier  sebagai tanggung jawab semua sekolah diresmikan, dan konselor bukan lagi satu-satunya professional yang mengemban tugas menyediakan konseling dan bimbingan Karier untuk siswa-siswa disekolah.
Pada tahun 1973, National Commission on The Reform of Secondary Education menerbitkan laporan yang merekomendasikan pemfungsian konselor SMP untuk memfokuskan bimbingan kepada arah penempatana pendidikan sesuai dengan karir terbaik yang bisa atau ingin diraih nantinya. Pada masa ini juga, muncul instrumen yang bernama Career Maturity Invertory dan kemudian direvisi pada tahun 1978 sebagai suatu model hierarkis dari kematangan karir yang didasarkan pada isi dan proses pilihan karir yang sebelumnya.
Ditahun 1990-an, sebuah kecendrungan yang muncul sekali lagi mengakui konselor sebagai profesional utama menyediakan  bimbingan dan konseling karier. contohya, di tahun 1994 Kongres As mengakui peran konselor menyediakan bantuan karier dengan diberlakukannya school-to-Work Opportunities Act. Undang-undang ini menyediakan sebuah kerangka kerja di semua Negara bagian, dengan konseling karier sebagai prioritas tertingginya. Kecendrungan tambahan mencakup pula perkembangan dan pengakuan terhadap spesialis konseling karier dan pembangunan pusat-pusat karier untuk populasi tertentu seperti mahasiswa akademi,wanita,kaum minoritas dan para pensiunan. Selain itu, kita juga mulai melihat perluasan layanan konseling bagi warga miskin dan para tunawisma, selain juga munculnya spesialis bagi konsultasi mana jemen dan professional .perubahan yang terus terjadi di dunia kerja akan menuntut kebutuhan akan konseling karier lebih jauh kedepan di semua lingkup.
2.3  Perkembangan BK Karier di Indonesia
Perkembangan BK di Indonesia tidak sama dengan perkembangan BK di Amerika. Perkembangan BK di Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah.
Bimbingan Konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya dikelas I menjadi di kelas II. Program penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan.
Dalam rencana Pembelajaran SMA Gaya Baru, diantaranya ditegaskan sebagai berikut :
a.    Dikelas I setiap pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan minatnya, dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran yang ada di SMA, dan dengan bimbingan penyuluhan yang teliti dari para guru maupun orang tua.
b.    Dengan menggunakan peraturan kenaikan kelas dan bahan-bahan catatan dalam kartu pribadi setiap murid, para pelajar disalurkan ke kelas II kelompok khusus : Budaya, Sosial, Pasti dan Pengetahuan Alam.
c.    Untuk kepentingan tersebut, maka pengisian kartu pribadi mirid harus dilaksanakan seteliti-telitinya (Rochman Natawidjaja,1971).
Pada tahun 1960 tepatnya pada tanggal 20 sampai tanggal 24 Agustus, di adakan konferensi FKIP seluruh di indosneia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan penyuluhan dimasukkan dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah yang lebih maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu yang di dalamnya di kupas juga mengenai karir dapat dikupas secara ilmiah.
Perumusan dan pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA ini di susul dengan berbagai kegiatan pengembangan Layanan BK di Sekolah, seperti rapat kerja, penataran, dan lokakarya. Puncak dari usaha ini adalah didirikannya jurusan bimbingan dan Penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP ( intitut keguruan dan ilmu pengetahuan) Negeri. Salah satu yang membuka jurusan BP adalah IKIP Bandung, yaitu pada tahun 1963. IKIP Bandung ini sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan di adakannya bermacam-macam latihan jabatan oleh yang berwenang menunjukkan bahwa masalah bk karir di indonesia pada waktu ini mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam sekolah maupun dalam masyarakat yang luas.
Dengan diperkenalkannya gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan  bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan Sekolah Pmbangunan Persiapan (SMPP), yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan lama menjadi sekolah pembangunan. Pembentukan (SMPP) ini dimaktubkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0199/0/1973. Untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan di SMPP ini, Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun Program Bimbingan dan Penyuluhan SMPP.
Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP). PPSP ini diujicobakan didelapan IKIP, yang diantaranya adalah IKIP Bandung dan Jakarta. Badan Pengembangan Pendidikan, melalui lokakarya-lakokarya telah berhasil menyusun dua naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
a.    Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan melalui Proyek-Proyek Perintis sekolah Pembangunan.
b.    Pedoman Operasional Pelayanan Bimbingan pada Proyek-Proyek Perintis Sekolah Pembangunan.
Secara formal BK diprogramkan disekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang menyatakan bahwa BK merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, maka dalam dekade 80-an bimbingan diupayakan agar lebih mantap. Pemantapan terutama diusahkan upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalisasi yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah Penyempurnaan Kurikulum, dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukkan bimbingan karir didalamnya.
Pada tahun 1981 dikukuhkan Kurikulum Inti Program Studi Bimbingan dan Konseling pada Strata I dan D3. Selain itu, sejumlah perguruan tinggi sudah membuka biro konsultasi atau pusat bimbingan di kampus unyuk menampung mahasiswa-mahasiswi yang membutuhkan bantuan psikologis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dewasa ini.
Mulai dasawarsa 1980-an terbitan buku-buku yang membahas pelayanan bimbingan pada institusi atau lembaga pendidikan bertambah banyak. Selain itu, terbitlah pedoman-pedoman dari berbagai instansi pengelola pendidikan yang merupakan pembaharuan dan perluasan terhadap pedoman terdahulu, misalnya Pedoman Pendidikan Guru oleh Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis pada tahun 1981, dan Kurikulum: Pedoman Bimbingan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 1986.
Kalau di tahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan terutama terfokus pada beraneka kesulitan yang dialami oleh siswa selama belajar di SMA, sekarang ini fokus diarahkan ke masa sesudah pendidikan di SMA selesai, sehingga pelayanan bimbingan lebih bermakna sebagai penunjang pada persiapan siswa-siswi bagi masa depannya (studi di perguruan tinggi dan kemudian membangun suatu karir di masyarakat). Pergesaran fokus ini nampaknya dalam perumusan tentang tujuan bimbingan karir, yaitu agar membantu siswa dalam memahami diri sendiri, dalam memahami lingkungan hidupnya, dan dalam mengembangkan rencana masa depannya. Kelima buku paket Bimbingan Karir di SMA yang sudah terbit pada tahun 1982, menampakkan fokus yang sama dengan hal tersebut. Artinya pada pemberlakuan Kurikulum 1984 ini, bimbingan dan konseling berwujud dalam bentuk bimbingan karir.
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, sebutan untuk guru BP berubah menjadi Guru Pembimbing yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 025/0/1995. Perundang-undangan semakin memperkuat posisi bimbingan dan konseling dengan dikeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan konselor itu adalah pendidik artinya bimbingan dan konseling merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu pengembangan diri yang didalamnya terdapat kompetensi peserta peserta didik yang harus dikembangkan untuk mewujudkan self actualization dan capacity development.
Setelah itu, pada tahun 2014, terbitlah dua Permendikbud yang mengokohkan posisi bimbingan dan konseling khususnya bimbingan karir yaitu Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan dan Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Kedua peraturan tersebut untuk menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013. Di dalam peraturan itu dijelaskan bahwa peran utama seorang konselor itu adalah memberikan rekomendasi pada peserta didik untuk memilih tiga mata pelajaran dari empat mata pelajaran yang tersedia pada masing-masing kelompok peminatan. Selain itu, konselor bertugas memberikan rekomendasi kepada peserta didik yang menginginkan perpindahan kelompok peminatan akademik serta memberikan rekomendasi bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke SMA atau SMK, dan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu ke perguruan tinggi.
Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa : “ pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.”
Posisi bimbingan yang termaktub dalam Undang-Undang No.2 di atas diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP). No.28 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27/1990 yang menyatakan bahwa “ Bimbingan merupaakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.84/1993 tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Pada tahun yang sama keluar juga Surat Keputusan Bersama Mendikbud dengan Kepala BAKN No.0433/P/1993 dan No.26 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang tercantum pada Bab III Pasal 4 ayat 1, 2, dan 3 yaitu sebagai berikut :
a.    Standar Prestasi Kerja Guru Pratama sampai Guru Dewasa Tingkat I dalam melaksanakan  PMB atau Bimbingan meliputi hal berikut :
1)        Persiapan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling (BK).
2)        Penyajian program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling.
3)        Evaluasi program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan koseling.

b.    Standar prestasi kerja guru pembina sampai guru utama selain tersebut pada ayat  ditambah dengan hal berikut :
1)        Analisis hasil evaluasi pengajaran atau praktik atau BK.
2)        Penyusunan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut pelaksanaan BK.
3)        Pengembangan profesi dengan angka kredit sekurang-kurangnya 12.

c.    Khusus standar prestasi kerja guru kelas, selain tersebut pada ayat (1) atau ayat (2). Sesuain dengan jenjang jabatannya ditambah melaksanakan program BK dikelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Perkembangan BK di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa BK harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia melalui lima periode yaitu : Periode Prawacana, Periode Pengenalan, Periode Pemasyarakatan, Periode Konsolidasi, dan Periode Tinggal Landas.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Bimbingan Karier adalah bantuan layanan yang diberikan kepada individu-individu untuk memilih, menyiapkan, menyesuaikan dan menetapkan dirinya dalam pekerjaan yang sesuai serta memperoleh kebahagiaan dari padanya.
Istilah bimbingan karir bermula dari Isitilah vocational guidanceyang  pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Konsep bimbingan di amerika dilatatari oleh berbagai kondisi objektif, diantaranya: Keadaan ekonomi, kondisi sosial, Kondisi ideologis, perkembangan ilmu.
Di Indonesia, perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Bimbingan Konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yaitu terjadinya perubahan nama menjadi SMA Gaya Baru, dan berubahnya waktu penjurusan, yang awalnya dikelas I menjadi di kelas II. Program penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan para siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan.


3.2  Saran
Berdasarkan makalah yang telah kami tuliskan dan sampaikan, maka diharapkan bagi pembaca semoga isi makalah ini mudah dipahami, dapat berguna dan menambahkan wawasan yang lebih baik lagi dari makalah yang kami tuliskan. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi.




DAFTAR PUSTAKA

Gibson, Robert L dan Marrianne H. Mitchell. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Manrihu, Mohammad Thayeb. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

Nursalim, Mochamad. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling.  (Jakarta: Penerbit Erlangga. 2015).  Hlm: 45.

Sukardi, Dewa Ketut. Tes Dalam Konseling Karir. Surabaya: Usaha Nasional. 1994.

Syahada, Roosdi Achmad. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Rajawali, 1998.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

Winkel.   Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.  Yogyakarta: PT Grasindo. 1997.

Yusuf, Syamsul dan Junika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling.  Bandung:  PT Remaja Rosdakarya, 2005.